Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin, Lc, MA, Ketua Umum Wahdah Islamiyah membagikan nasihat*:
Gerakan perbaikan dalam suatu negeri harusnya menjadi tugas suatu jamaah (yang terorganisir), bukan tugas yang dijalankan perorangan. Dalam ayat: “Hendaknya ada diantara kalian, sekelompok umat menyeru kepada kebaikan, memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar” (QS Aali Imran: 104).
Seorang mushlih (yang melakukan perbaikan/ishlah) tidak mesti sempurna terlebih dahulu (dari segi amalan dan ilmunya), Dalam hadis: “Serukanlah yang ma’ruf walaupun kalian tidak melakukannya secara sempurna, dan cegahlah kemungkaran walaupun kalian tidak berlepas darinya seluruhnya”. (HR Thabrani dan Baihaqi).
Keluarga seorang mushlih tidak mesti semuanya orang-orang shalih, sebab Nabi Nuh saja tidak bisa menshalihkan anak dan istrinya, Nabi Ibrahim tidak bisa menshalihkan ayahnya, dan Nabi Muhammad tidak bisa menshalihkan pamannya Abu Lahab, dan Abu Thalib. Dalam ayat: “Sesungguhnya engkau tidak bisa memberikan petunjuk kepada orang yang engkau cintai” (QS al-Qashash: 56).
Tujuan Ishlah/perbaikan tidak selamanya untuk menghilangkan maksiat dan kezaliman, namun juga untuk mencegah turunnya adzab Allah yang bisa menimpa semua orang (baik yang shalih maupun yang fajir).
Demikian nasihat Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin untuk kita semua. Selain menjabat sebagai Ketua Umum Wahdah Islamiyah, beliau juga Pengurus MUI Pusat, Inisiator MIUMI (Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia) dan Anggota Rabitah Ulama Muslim Se-Dunia.
*Nasihat ini disampaikan melalui Hanny Kristianto Sekjen Mualaf Center Indonesia saat bersilaturrahiim dengan Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin, tadi malam (25/6/2015), dan ditulis di wall fbnya.
Foto: Hanny Kristianto bersama Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin
cari hotel murah
Gerakan perbaikan dalam suatu negeri harusnya menjadi tugas suatu jamaah (yang terorganisir), bukan tugas yang dijalankan perorangan. Dalam ayat: “Hendaknya ada diantara kalian, sekelompok umat menyeru kepada kebaikan, memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar” (QS Aali Imran: 104).
Seorang mushlih (yang melakukan perbaikan/ishlah) tidak mesti sempurna terlebih dahulu (dari segi amalan dan ilmunya), Dalam hadis: “Serukanlah yang ma’ruf walaupun kalian tidak melakukannya secara sempurna, dan cegahlah kemungkaran walaupun kalian tidak berlepas darinya seluruhnya”. (HR Thabrani dan Baihaqi).
Keluarga seorang mushlih tidak mesti semuanya orang-orang shalih, sebab Nabi Nuh saja tidak bisa menshalihkan anak dan istrinya, Nabi Ibrahim tidak bisa menshalihkan ayahnya, dan Nabi Muhammad tidak bisa menshalihkan pamannya Abu Lahab, dan Abu Thalib. Dalam ayat: “Sesungguhnya engkau tidak bisa memberikan petunjuk kepada orang yang engkau cintai” (QS al-Qashash: 56).
Tujuan Ishlah/perbaikan tidak selamanya untuk menghilangkan maksiat dan kezaliman, namun juga untuk mencegah turunnya adzab Allah yang bisa menimpa semua orang (baik yang shalih maupun yang fajir).
Demikian nasihat Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin untuk kita semua. Selain menjabat sebagai Ketua Umum Wahdah Islamiyah, beliau juga Pengurus MUI Pusat, Inisiator MIUMI (Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia) dan Anggota Rabitah Ulama Muslim Se-Dunia.
*Nasihat ini disampaikan melalui Hanny Kristianto Sekjen Mualaf Center Indonesia saat bersilaturrahiim dengan Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin, tadi malam (25/6/2015), dan ditulis di wall fbnya.
Foto: Hanny Kristianto bersama Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin
cari hotel murah
0 Response to " Ustadz Zaitun Rasmin: Gerakan Perbaikan Negeri Menjadi Tugas Jamaah"
Posting Komentar