Jumat, 22 Januari 2016
Satu demi satu ajaran Islam yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW 15 abad lampau dibuktikan kebenarannya secara ilmiah.
Kali ini pembahasan tentang sunnah memelihara jenggot bagi pria.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَحْفُوا الشَّوَارِبَ وَأَعْفُوا اللِّحَى
“Potong pendeklah kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot.” (HR. Muslim no. 623)
Independent.co.uk pada 21/1/2016 melansir hasil studi terbaru bahwa janggut (jenggot/beards) pada dagu para pria mengandung bakteri yang berpotensi menjadi antibiotik baru.
Sebuah laporan menyebutkan para peneliti menemukan fakta bahwa pria dengan dagu atau wajah tercukur bersih sebenarnya berisiko terpapar infeksi akibat bakteri yang resistan pada antibiotik, ketimbang para pria yang membiarkan dagunya ditumbuhi janggut atau bulu wajah.
Studi yang dipublikasikan Jurnal Hospital Infection, melakukan uji coba pada 408 staf rumah sakit, dengan menyeka wajah mereka, baik yang ditumbuhi rambut wajah maupun yang bersih dari rambut-rambut pada wajah.
Hasilnya, pria dengan wajah tercukur bersih ternyata tiga kali lebih banyak membawa "methicillin-resistant staph auerus (MRSA)" pada pipi mereka, ketimbang rekan-rekan mereka yang masih membiarkan rambut-rambut atau bulu tumbuh pada wajahnya, demikian seperti dilansir Independent.co.uk, Kamis 21 Januari 2016.
Berdasarkan keterangan dari laman kantor Centers for Desease Control and Prevention yang berbasis di Atlanta, Amerika Serikat, Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus atau MRSA adalah bakteri yang resistan terhadap banyak antibiotik. Sebagian besar infeksi kulit disebabkan oleh MRSA. Bahkan laman ini menyebutkan MRSA juga berpotensi menimbulkan infeksi jalan darah, radang paru-paru dan infeksi pada saat dilakukan pembedahan.
Kembali pada fakta hasil studi tadi, diketahui bahwa pria yang wajahnya tercukur bersih juga berisiko 10 kali lipat terpapar koloni Staphylococcus aureus pada wajah mereka. Staphylococcus aureus ini adalah bakteri yang bisa menyebabkan infeksi pernapasan dan kulit, dan keracunan makanan.
Para peneliti memperkirakan, infeksi tadi diakibatkan oleh abrasi mikro yang terjadi saat bercukur. Situasi ini memungkinkan terjadinya kolonisasi dan penyebaran bakteri lewat lubang mikro pada kulit akibat abrasi tadi.
Pada hasil studi yang dipublikasikan di Jurnal Hospital Infection tersebut, tertulis bahwa secara umum kolonisasi (bakteri) sama terjadi baik pada pekerja dengan bulu pada wajah maupun pada pria dengan wajah yang tercukur bersih. Namun demikian spesies bakteri tampak lebih banyak terdapat pada wajah pria tanpa bulu atau janggut.
Dr Adam Roberts, seorang mikrobiologis dari University College London dalam analisisnya yang terpisah mengemukakan bahwa pada wajah berjanggut yang telah menjalani tes usapan pada wajahnya, bertumbuh lebih dari 100 bakteri berbeda. Dan setelah dilihat melalui piringan kaca penelitian, dari sekitar 100 bakteri tadi ia melihat kehadiran mikroba yang mampu membunuh bakteri lainnya.
Kemudian Dr Roberts mengisolasi mikroba tadi dan menguji kemampuannya atas bakteri E.Coli yang dikenal bisa menyebabkan infeksi saluran kencing, dan didapati fakta bahwa mikroba tersebut mampu membunuh E.Coli secara efisien.
*Sumber: Independent.co.uk, Beritasatu.com
Satu demi satu ajaran Islam yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW 15 abad lampau dibuktikan kebenarannya secara ilmiah.
Kali ini pembahasan tentang sunnah memelihara jenggot bagi pria.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَحْفُوا الشَّوَارِبَ وَأَعْفُوا اللِّحَى
“Potong pendeklah kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot.” (HR. Muslim no. 623)
Independent.co.uk pada 21/1/2016 melansir hasil studi terbaru bahwa janggut (jenggot/beards) pada dagu para pria mengandung bakteri yang berpotensi menjadi antibiotik baru.
Sebuah laporan menyebutkan para peneliti menemukan fakta bahwa pria dengan dagu atau wajah tercukur bersih sebenarnya berisiko terpapar infeksi akibat bakteri yang resistan pada antibiotik, ketimbang para pria yang membiarkan dagunya ditumbuhi janggut atau bulu wajah.
Studi yang dipublikasikan Jurnal Hospital Infection, melakukan uji coba pada 408 staf rumah sakit, dengan menyeka wajah mereka, baik yang ditumbuhi rambut wajah maupun yang bersih dari rambut-rambut pada wajah.
Hasilnya, pria dengan wajah tercukur bersih ternyata tiga kali lebih banyak membawa "methicillin-resistant staph auerus (MRSA)" pada pipi mereka, ketimbang rekan-rekan mereka yang masih membiarkan rambut-rambut atau bulu tumbuh pada wajahnya, demikian seperti dilansir Independent.co.uk, Kamis 21 Januari 2016.
Berdasarkan keterangan dari laman kantor Centers for Desease Control and Prevention yang berbasis di Atlanta, Amerika Serikat, Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus atau MRSA adalah bakteri yang resistan terhadap banyak antibiotik. Sebagian besar infeksi kulit disebabkan oleh MRSA. Bahkan laman ini menyebutkan MRSA juga berpotensi menimbulkan infeksi jalan darah, radang paru-paru dan infeksi pada saat dilakukan pembedahan.
(Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus atau MRSA)
Kembali pada fakta hasil studi tadi, diketahui bahwa pria yang wajahnya tercukur bersih juga berisiko 10 kali lipat terpapar koloni Staphylococcus aureus pada wajah mereka. Staphylococcus aureus ini adalah bakteri yang bisa menyebabkan infeksi pernapasan dan kulit, dan keracunan makanan.
Para peneliti memperkirakan, infeksi tadi diakibatkan oleh abrasi mikro yang terjadi saat bercukur. Situasi ini memungkinkan terjadinya kolonisasi dan penyebaran bakteri lewat lubang mikro pada kulit akibat abrasi tadi.
Pada hasil studi yang dipublikasikan di Jurnal Hospital Infection tersebut, tertulis bahwa secara umum kolonisasi (bakteri) sama terjadi baik pada pekerja dengan bulu pada wajah maupun pada pria dengan wajah yang tercukur bersih. Namun demikian spesies bakteri tampak lebih banyak terdapat pada wajah pria tanpa bulu atau janggut.
Dr Adam Roberts, seorang mikrobiologis dari University College London dalam analisisnya yang terpisah mengemukakan bahwa pada wajah berjanggut yang telah menjalani tes usapan pada wajahnya, bertumbuh lebih dari 100 bakteri berbeda. Dan setelah dilihat melalui piringan kaca penelitian, dari sekitar 100 bakteri tadi ia melihat kehadiran mikroba yang mampu membunuh bakteri lainnya.
Kemudian Dr Roberts mengisolasi mikroba tadi dan menguji kemampuannya atas bakteri E.Coli yang dikenal bisa menyebabkan infeksi saluran kencing, dan didapati fakta bahwa mikroba tersebut mampu membunuh E.Coli secara efisien.
*Sumber: Independent.co.uk, Beritasatu.com
0 Response to " "
Posting Komentar