Jumat, 04 Maret 2016 / 18:13 WIB
JAKARTA.
Pergerakan mata uang rupiah sudah menguat secara signifikan. Oleh
karena itu, penguatan rupiah selanjutnya mulai terbatas.
Mengutip Bloomberg, Jumat (4/3) nilai tukar rupiah di hadapan dollar AS menguat 0,76% ke level Rp 13.131 dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir rupiah terangkat 1,87%.
Sementara di kurs tengah Bank Indonesia, rupiah menguat 0,76% ke level Rp 13.260 dibanding sehari sebelumnya dan menanjak 1,8% dalam sepekan.
Vidi Yuliansyah, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan, pergerakan rupiah selama sepekan ini mencatat kenaikan cukup signifikan, terutama didorong oleh melemahnya posisi dollar AS pada akhir pekan.
Pergerakan USD mulai tertekan setelah data pengangguran AS bertambah di atas proyeksi. Tingkat pengangguran AS bulan Februari naik menjadi 278.000 dari sebelumnya 272.000 serta proyeksi 271.000. "Institute for Supply Management juga melaporkan jika indeks pekerjaan sektor swasta AS mengalami kontraksi," paparnya.
Sebelumnya, USD sudah mulai kehilangan pamor sejak The Fed ragu untuk menaikkan suku bunga bulan Maret.
Sementara dari dalam negeri, sentimen positif terus menopang mata uang garuda. Di antaranya angka inflasi bulan Februari 2016 yang cukup menggembirakan hingga tingginya minat investor asing pada investasi Indonesia. "Kepemilikan obligasi saat ini sudah mencapai US$ 2,1 miliar atau lebih tinggi dari tahun 2015 sebesar US$ 1,6 miliar," lanjut Vidi.
Vidi menduga, rupiah dalam sepekan ke depan masih berpeluang menguat meski terbatas. Pasalnya, pekan ini rupiah sudah menanjak signifikan hingga ke level overbought. Adapun data-data ekonomi dalam negeri yang dapat mempengaruhi rupiah antara lain data cadangan devisa serta penjualan retail bulan Februari.
Dari sisi eksternal, rupiah akan terpengaruh sentimen regional dari hasil rapat partai komunis China yang diselenggarakan pada Sabtu (5/3). Pasalnya, rapat tersebut akan meletakkan blueprint rencana ekonomi China dalam lima tahun ke depan.
Mengutip Bloomberg, Jumat (4/3) nilai tukar rupiah di hadapan dollar AS menguat 0,76% ke level Rp 13.131 dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir rupiah terangkat 1,87%.
Sementara di kurs tengah Bank Indonesia, rupiah menguat 0,76% ke level Rp 13.260 dibanding sehari sebelumnya dan menanjak 1,8% dalam sepekan.
Vidi Yuliansyah, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan, pergerakan rupiah selama sepekan ini mencatat kenaikan cukup signifikan, terutama didorong oleh melemahnya posisi dollar AS pada akhir pekan.
Pergerakan USD mulai tertekan setelah data pengangguran AS bertambah di atas proyeksi. Tingkat pengangguran AS bulan Februari naik menjadi 278.000 dari sebelumnya 272.000 serta proyeksi 271.000. "Institute for Supply Management juga melaporkan jika indeks pekerjaan sektor swasta AS mengalami kontraksi," paparnya.
Sebelumnya, USD sudah mulai kehilangan pamor sejak The Fed ragu untuk menaikkan suku bunga bulan Maret.
Sementara dari dalam negeri, sentimen positif terus menopang mata uang garuda. Di antaranya angka inflasi bulan Februari 2016 yang cukup menggembirakan hingga tingginya minat investor asing pada investasi Indonesia. "Kepemilikan obligasi saat ini sudah mencapai US$ 2,1 miliar atau lebih tinggi dari tahun 2015 sebesar US$ 1,6 miliar," lanjut Vidi.
Vidi menduga, rupiah dalam sepekan ke depan masih berpeluang menguat meski terbatas. Pasalnya, pekan ini rupiah sudah menanjak signifikan hingga ke level overbought. Adapun data-data ekonomi dalam negeri yang dapat mempengaruhi rupiah antara lain data cadangan devisa serta penjualan retail bulan Februari.
Dari sisi eksternal, rupiah akan terpengaruh sentimen regional dari hasil rapat partai komunis China yang diselenggarakan pada Sabtu (5/3). Pasalnya, rapat tersebut akan meletakkan blueprint rencana ekonomi China dalam lima tahun ke depan.
0 Response to "Sudah overbought, tenaga rupiah mulai terbatas"
Posting Komentar