Paris - Presiden Prancis Francois Hollande menyebut keluarnya Inggris menjadi tantangan serius untuk Uni Eropa. Hollande menegaskan, dirinya akan berupaya memastikan Uni Eropa tetap kuat tanpa Inggris.
Hollande meminta Uni Eropa untuk fokus pada prioritas kunci seperti keamanan, pertahanan, perlindungan perbatasan dan penciptaan lapangan kerja serta penetapan kembali zona Euro. Negara-negara anggota Uni Eropa lainnya, sebut Hollande, harus mampu menangani tantangan yang mereka hadapi sepeninggal Inggris.
"Suara rakyat Inggris menjadi cobaan sulit bagi Eropa," ujar Hollande dalam pernyataan yang disiarkan televisi nasional dan dilansir Reuters, Jumat (24/6/2016).
Hollande menyatakan, dirinya akan terbang ke Berlin, Jerman, pada Senin (27/6) mendatang untuk bertemu dengan Kanselir Jerman Angela Merkel dan kemungkinan Perdana Menteri Italia Matteo Renzi. Prancis merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di Uni Eropa.
Lebih lanjut, Hollande mengharapkan agar perundingan keluarnya Inggris dari Uni Eropa bisa berlangsung lancar dan cepat. Hollande mengaku menyesalkan keputusan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, namun dia menghormati hasil itu. Holland juga akan menggelar rapat dengan petinggi partai politik Prancis, membahas Brexit.
Sebelumnya, partai nasionalis di Prancis, Partai Front Nasional Prancis (FN), menyerukan digelarnya referendum yang sama. FN merupakan partai sosial konservatif dan nasionalis yang selama ini menyerukan agar Prancis keluar dari Uni Eropa. Hollande tidak menanggapi seruan FN tersebut.
Secara terpisah, Perdana Menteri Prancis Manuel Valls menyatakan, inilah saat untuk mempertegas kembali kawasan Eropa atau memicu risiko perpecahan blok. Valls juga menyebut, hasil referendum Brexit mengungkapkan adanya 'penyakit' di dalam Eropa yang diabaikan sejak lama.
"Ini menjadi keterkejutan yang meluap. Mempertaruhkan serikat yang murni dan sederhana. Sekarang saatnya untuk membangkitkan kembali Eropa," ucapnya.
Hollande meminta Uni Eropa untuk fokus pada prioritas kunci seperti keamanan, pertahanan, perlindungan perbatasan dan penciptaan lapangan kerja serta penetapan kembali zona Euro. Negara-negara anggota Uni Eropa lainnya, sebut Hollande, harus mampu menangani tantangan yang mereka hadapi sepeninggal Inggris.
"Suara rakyat Inggris menjadi cobaan sulit bagi Eropa," ujar Hollande dalam pernyataan yang disiarkan televisi nasional dan dilansir Reuters, Jumat (24/6/2016).
Hollande menyatakan, dirinya akan terbang ke Berlin, Jerman, pada Senin (27/6) mendatang untuk bertemu dengan Kanselir Jerman Angela Merkel dan kemungkinan Perdana Menteri Italia Matteo Renzi. Prancis merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di Uni Eropa.
Lebih lanjut, Hollande mengharapkan agar perundingan keluarnya Inggris dari Uni Eropa bisa berlangsung lancar dan cepat. Hollande mengaku menyesalkan keputusan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, namun dia menghormati hasil itu. Holland juga akan menggelar rapat dengan petinggi partai politik Prancis, membahas Brexit.
Sebelumnya, partai nasionalis di Prancis, Partai Front Nasional Prancis (FN), menyerukan digelarnya referendum yang sama. FN merupakan partai sosial konservatif dan nasionalis yang selama ini menyerukan agar Prancis keluar dari Uni Eropa. Hollande tidak menanggapi seruan FN tersebut.
Secara terpisah, Perdana Menteri Prancis Manuel Valls menyatakan, inilah saat untuk mempertegas kembali kawasan Eropa atau memicu risiko perpecahan blok. Valls juga menyebut, hasil referendum Brexit mengungkapkan adanya 'penyakit' di dalam Eropa yang diabaikan sejak lama.
"Ini menjadi keterkejutan yang meluap. Mempertaruhkan serikat yang murni dan sederhana. Sekarang saatnya untuk membangkitkan kembali Eropa," ucapnya.
0 Response to "Presiden Prancis Sebut Keluarnya Inggris Jadi Cobaan Sulit untuk Eropa"
Posting Komentar