SINGAPURA, KOMPAS — Empat masakan tradisional Indonesia
menjadi wakil Indonesia dalam ajang World Street Food Congress 2015 di
Kawasan Bugis, Singapura. Empat masakan itu diharapkan bisa menjadi duta
yang mengenalkan keanekaragaman kuliner Nusantara ke dunia
internasional.
Empat masakan itu adalah gudeg Yu Nap dan kupat tahu Gempol dari Bandung, Jawa Barat; ayam Taliwang dari Lombok, Nusa Tenggara Barat; dan soto ambengan Pak Sadi dari Surabaya, Jawa Timur. Empat legenda masakan Indonesia itu diusung Kecap Bango sebagai makanan jalanan bercita rasa tinggi.
Empat masakan khas Indonesia itu menyajikan 100 porsi siap jual setiap hari, pada 8-12 April 2015, di ruang terbuka kawasan Bugis. Rabu (8/3/2015) malam, seusai pembukaan World Street Food Congress (WSFC) 2015, masakan itu langsung diserbu pembeli, baik warga Singapura, warga negara Indonesia, maupun warga asing lain.
Kupat tahu Gempol, misalnya, langsung ludes kurang dari 3 jam sejak acara dibuka. Pembeli untuk tiga makanan lainnya pun rela antre panjang untuk menikmatinya. Sebelum acara ditutup pukul 22.00 waktu setempat, empat masakan Indonesia itu sudah ludes terlebih dahulu.
Arie Parikesit, Konsultan Kuliner Bango dari Kelanarasa, Kamis (9/4/2015) di Singapura, mengatakan, empat legenda kuliner Indonesia itu memiliki sejarah bermula dari kecil, bahkan berlokasi di pinggir jalan. Tahun ini, keempatnya dipilih mewakili aneka masakan Nusantara.
"Makanan Indonesia tak hanya nasi goreng, gado-gado, sate, dan rendang. Banyak kuliner Nusantara dari Sabang sampai Merauke yang bisa dikenalkan kepada pencinta kuliner di seluruh dunia," ujarnya.
Menurut Arie, selain bertujuan mengenalkan makanan Nusantara ke dunia internasional, ajang itu diharapkan juga mengangkat rasa bangga pelaku usaha kuliner Tanah Air. "Rasa bangga menjadi pelaku usaha kuliner itu penting untuk terus melestarikan dan mengembangkan kuliner Nusantara. Apalagi, di tengah gempuran makanan Barat," katanya.
Selama ini kuliner Nusantara, jelas Arie, kalah terkenal dibandingkan kuliner Thailand dan Vietnam. "Kita memiliki keanekaragaman kuliner yang banyak sehingga untuk menjadikan satu ikon khusus kuliner Indonesia sulit. Keanekaragaman itu menjadi keuntungan sekaligus kerugian," papar Arie, seperti dilaporkan wartawan Kompas, Dahlia Irawati, dari Singapura.
Dalam WSFC 2015 ada 24 stan dari sejumlah negara. Singapura mengusung Chey Sua Carrot Cake dengan kue lobak putih, Thailand menyajikan Hoy Tord Chao Lay dengan sajian omelette tiram, dan Amerika Serikat membawa Churros Locos yang menampilkan churro sundae, camilan yang dipadu dengan es krim.
"Acara ini bertujuan membuka jaringan, memberi ide baru usaha kuliner, dan merayakan budaya makanan jalanan sedunia. Setiap makanan jalanan bisa jadi duta bagi negaranya," ujar KF Seetoh, penggagas WSFC dan pendiri situs kuliner dunia Makansutra.
Erlia Anom, warga Indonesia di Singapura, bergembira dengan emat masakan Nusantara itu. Ia datang untuk menikmati keempat masakan tersebut. (*)
Empat masakan itu adalah gudeg Yu Nap dan kupat tahu Gempol dari Bandung, Jawa Barat; ayam Taliwang dari Lombok, Nusa Tenggara Barat; dan soto ambengan Pak Sadi dari Surabaya, Jawa Timur. Empat legenda masakan Indonesia itu diusung Kecap Bango sebagai makanan jalanan bercita rasa tinggi.
Empat masakan khas Indonesia itu menyajikan 100 porsi siap jual setiap hari, pada 8-12 April 2015, di ruang terbuka kawasan Bugis. Rabu (8/3/2015) malam, seusai pembukaan World Street Food Congress (WSFC) 2015, masakan itu langsung diserbu pembeli, baik warga Singapura, warga negara Indonesia, maupun warga asing lain.
Kupat tahu Gempol, misalnya, langsung ludes kurang dari 3 jam sejak acara dibuka. Pembeli untuk tiga makanan lainnya pun rela antre panjang untuk menikmatinya. Sebelum acara ditutup pukul 22.00 waktu setempat, empat masakan Indonesia itu sudah ludes terlebih dahulu.
Arie Parikesit, Konsultan Kuliner Bango dari Kelanarasa, Kamis (9/4/2015) di Singapura, mengatakan, empat legenda kuliner Indonesia itu memiliki sejarah bermula dari kecil, bahkan berlokasi di pinggir jalan. Tahun ini, keempatnya dipilih mewakili aneka masakan Nusantara.
"Makanan Indonesia tak hanya nasi goreng, gado-gado, sate, dan rendang. Banyak kuliner Nusantara dari Sabang sampai Merauke yang bisa dikenalkan kepada pencinta kuliner di seluruh dunia," ujarnya.
Menurut Arie, selain bertujuan mengenalkan makanan Nusantara ke dunia internasional, ajang itu diharapkan juga mengangkat rasa bangga pelaku usaha kuliner Tanah Air. "Rasa bangga menjadi pelaku usaha kuliner itu penting untuk terus melestarikan dan mengembangkan kuliner Nusantara. Apalagi, di tengah gempuran makanan Barat," katanya.
Selama ini kuliner Nusantara, jelas Arie, kalah terkenal dibandingkan kuliner Thailand dan Vietnam. "Kita memiliki keanekaragaman kuliner yang banyak sehingga untuk menjadikan satu ikon khusus kuliner Indonesia sulit. Keanekaragaman itu menjadi keuntungan sekaligus kerugian," papar Arie, seperti dilaporkan wartawan Kompas, Dahlia Irawati, dari Singapura.
Dalam WSFC 2015 ada 24 stan dari sejumlah negara. Singapura mengusung Chey Sua Carrot Cake dengan kue lobak putih, Thailand menyajikan Hoy Tord Chao Lay dengan sajian omelette tiram, dan Amerika Serikat membawa Churros Locos yang menampilkan churro sundae, camilan yang dipadu dengan es krim.
"Acara ini bertujuan membuka jaringan, memberi ide baru usaha kuliner, dan merayakan budaya makanan jalanan sedunia. Setiap makanan jalanan bisa jadi duta bagi negaranya," ujar KF Seetoh, penggagas WSFC dan pendiri situs kuliner dunia Makansutra.
Erlia Anom, warga Indonesia di Singapura, bergembira dengan emat masakan Nusantara itu. Ia datang untuk menikmati keempat masakan tersebut. (*)
Editor | : I Made Asdhiana |
Sumber | : Harian Kompas |
0 Response to "4 Masakan Jadi Duta Kuliner Nusantara"
Posting Komentar