Jumat, 10 April 2015 14:06
Merdeka.com - Badan kurus kering, hanya tinggal kulit
berbalut tulang, kepalanya pun kian membesar. Namanya Naira Azura (3
tahun). Bocah itu hanya bisa terbaring di atas kasur tanpa bisa
bergerak. Padahal sebelumnya Naira memiliki tubuh sehat nan lincah.
Naira Azura merupakan anak pasangan Zulkifli (30 tahun) dan Marhamah (23 tahun) dari Dusun Mbot-Mbot, Desa Alue Nibung, Kecamatan Peureulak Timur, Aceh Timur. Sakit diidap anak kedua pasangan suami istri itu dimulai pada 2012 lalu, saat mendadak mengalami kejang-kejang.
Keluarganya pun sudah bolak-balik mengantarkan anaknya untuk berobat. Berbagai macam cara ditempuh demi kesembuhan sang buah hati. Dana dan harta pun terus digelontorkan supaya keadaan Naira normal. Pengobatan dilakukan baik secara medis sampai alternatif atau biasa disebut dengan pengobatan kampung. Sebab mereka tidak punya banyak uang buat berobat ke rumah sakit.
Zulkifli mengaku sejak anaknya mengalami kejang-kejang tiga tahun silam, dia sudah pernah membawa Naira berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Idie, Kabupaten Aceh Timur. Bahkan Naira sempat keluar masuk rumah sakit hingga dirujuk ke Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) Banda Aceh.
"Di RSUZA itu sudah empat kali kami keluar masuk untuk pengobatannya. Anak saya dibilang mengidap penyakit hydrocephalus," kata Zulkifli, Jumat (10/4) via telepon genggamnya.
Terakhir kali mendapatkan perawatan dari RSUZA, Banda Aceh pada 23 Maret 2015 lalu. Saat itu Zulkifli mengaku tim dokter muda di RSUZA, Banda Aceh hendak mengoperasi Naira. Tetapi hal itu urung dilakukan setelah datang dokter senior lainnya menyebutkan Naira belum bisa dioperasi.
"Baru kemudian berselang beberapa hari anak saya dioperasi oleh dokter lain," ujar Zulkifli.
Kata Zulkifli, sebelum Naira dioperasi di RSUZA, Banda Aceh berat badannya 13,4 kilogram. Namun setelah operasi berat badan Naira justru melorot sampai tinggal berat badan 6,3 kilogram.
"Kondisi anak saya sekarang setelah dioperasi semakin memburuk," tandas Zulkifli.
Kendati demikian, Zulkifli bersyukur sekarang sudah ada kepastian untuk pengobatan anaknya. Pihak Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial Kabupaten Aceh Timur sudah menjenguk anaknya di rumah. Mereka berjanji akan menanggung pengobatan Naira sampai sembuh.
Naira Azura merupakan anak pasangan Zulkifli (30 tahun) dan Marhamah (23 tahun) dari Dusun Mbot-Mbot, Desa Alue Nibung, Kecamatan Peureulak Timur, Aceh Timur. Sakit diidap anak kedua pasangan suami istri itu dimulai pada 2012 lalu, saat mendadak mengalami kejang-kejang.
Keluarganya pun sudah bolak-balik mengantarkan anaknya untuk berobat. Berbagai macam cara ditempuh demi kesembuhan sang buah hati. Dana dan harta pun terus digelontorkan supaya keadaan Naira normal. Pengobatan dilakukan baik secara medis sampai alternatif atau biasa disebut dengan pengobatan kampung. Sebab mereka tidak punya banyak uang buat berobat ke rumah sakit.
Zulkifli mengaku sejak anaknya mengalami kejang-kejang tiga tahun silam, dia sudah pernah membawa Naira berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Idie, Kabupaten Aceh Timur. Bahkan Naira sempat keluar masuk rumah sakit hingga dirujuk ke Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) Banda Aceh.
"Di RSUZA itu sudah empat kali kami keluar masuk untuk pengobatannya. Anak saya dibilang mengidap penyakit hydrocephalus," kata Zulkifli, Jumat (10/4) via telepon genggamnya.
Terakhir kali mendapatkan perawatan dari RSUZA, Banda Aceh pada 23 Maret 2015 lalu. Saat itu Zulkifli mengaku tim dokter muda di RSUZA, Banda Aceh hendak mengoperasi Naira. Tetapi hal itu urung dilakukan setelah datang dokter senior lainnya menyebutkan Naira belum bisa dioperasi.
"Baru kemudian berselang beberapa hari anak saya dioperasi oleh dokter lain," ujar Zulkifli.
Kata Zulkifli, sebelum Naira dioperasi di RSUZA, Banda Aceh berat badannya 13,4 kilogram. Namun setelah operasi berat badan Naira justru melorot sampai tinggal berat badan 6,3 kilogram.
"Kondisi anak saya sekarang setelah dioperasi semakin memburuk," tandas Zulkifli.
Kendati demikian, Zulkifli bersyukur sekarang sudah ada kepastian untuk pengobatan anaknya. Pihak Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial Kabupaten Aceh Timur sudah menjenguk anaknya di rumah. Mereka berjanji akan menanggung pengobatan Naira sampai sembuh.
"Tadi pagi sudah datang Kepala Dinas Kesehatan dan Sosial. Mereka bilang akan membantu, sekarang kami lagi siap-siap ke rumah sakit Idie, dan nantinya akan dirujuk ke rumah sakit Medan. Saya sudah bilang sekarang saya tidak punya uang sepersen pun," imbuh Zulkifli.
[ary]
0 Response to "Kisah Naira Azura, anak warga miskin Aceh pengidap hydrocephalus"
Posting Komentar