Rabu, 27 Januari 2016 15:25
menjadi sorotan. Bukan hanya
lantaran analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang dianggap
bermasalah atau nilainya yang mencapai lebih dari USD 5,5 miliar itu,
tapi juga karena proyek keroyokan Indonesia-Tiongkok itu menabrak
instalasi penting militer.
Menurut anggota Komisi I DPR yang
membidangi pertahanan, TB Hasanuddin, proyek pembangunan kereta cepat
itu akan menggusur komplek strategis di Pangkalan Udara Halim
Perdanakusumah. Bekas sekretaris militer kepresidenan itu menjelaskan,
TNI AU melalui Kementerian Pertahanan telah menyerahkan lahan seluas 49
hektare bagian dari Lanud Halim PK untuk kepentingan stasiun kereta
cepat.
Namun, Hasanuddin menganggapnya
terlalu berlebihan. “Karena lahan yang dibutuhkan sesungguhnya hanya
delapan hektare saja, sedangkan yang 41 hektare akan digunakan untuk
kegiatan komersial seperti hotel dan mall,” ujarnya di Jakarta, Rabu
(27/1) .
Pensiunan TNI dengan pangkat
terakhir mayor jenderal itu menegaskan, Lanud Halim PK merupakan
fasilitas strategis bagi TNI AU dan objek vital bagi sistem pertahanan
Jakarta sebagai ibu kota negara. Sebab, di dalamnya ada pangkalan untuk
skuadron tempur serta skuadron angkut berat dan VVIP, termasuk pesawat
kepresidenan.
“Skuadron tempur dan juga skuadron
angkut dengan pangkalannya tak dapat dipisahkan dari sistim pertahanan
terpadu baik dengan kekuatan TNI AD , TNI AL atau pun komponen-komponen
pertahanan lainnya,” tegasnya.
Ia menambahkan, di Lanud Halim PK
juga ada markas Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) dan Pusat
Operasi Pertahanan Udara Nasional (Popunas) yang bertugas memantau
semua pergerakan pesawat asing yang memasuki wilayah kedaulatan NKRI. Di
kompleks Lanud Halim PK juga terdapat perumahan prajurit yang
sewaktu-waktu bisa digerakan secara cepat.
0 Response to "Lho, Kok Proyek Kereta Cepat Libas Objek Vital untuk Pertahanan Nasional?"
Posting Komentar