"LOGIKA MENDINGAN"
Oleh: Dr. Syamsuddin Arif
(Direktur Eksekutif INSISTS)
Sering kita dengar pertanyaan maupun pernyataan begini:
- Mendingan mana, orang Islam tapi pelit atau orang kafir tapi dermawan?
- Mendingan mana, berkerudung tapi akhlaqnya buruk atau tidak berkerudung tapi akhlaqnya baik?
- Mendingan mana, pemimpin muslim tapi nggak adil atau pemimpin kafir tapi adil?
Kalau berbentuk pertanyaan:
- Daripada elu sedekah tapi kagak ikhlas, mendingan gua kagak sedekah tapi ikhlas (!?)
- Daripada elu shalat tapi kagak khusyu’, mendingan gua kagak shalat tapi khusyu’ (!?)
- Daripada elu Islam tapi korupsi mendingan gua kafir kagak korupsi (!?).
Di balik ucapan-ucapan ini terselip ketidak mengertian yang akut.
Sudah barang tentu, orang Islam lebih baik dari orang orang yang INGKAR walaupun ia pelit. Dan orang Islam yang dermawan lebih baik dari orang Islam yang pelit. Orang INGKAR yang dermawan jelas lebih buruk daripada orang Islam yang tidak dermawan.
Keislaman seseorang tetap lebih tinggi daripada kedermawanan, kebaikan dan keadilan. Hal ini karena keimanan dan keislaman itu esensi, sementara yang lain itu aksesori.
Mementingkan aksesori ketimbang esensi itu sama seperti orang membeli mobil lengkap dengan sistem pendingin udara, media player, spoiler, parking sensor dan sebagainya tapi tidak ada mesin dan rodanya. Mesin dan roda itu esensi, sedang yang lain-lain itu aksesori. Demikian analoginya.
Jadi mau punya Mobil yang nggak ada Mesin dan Rodanya?
0 Response to " "LOGIKA MENDINGAN""
Posting Komentar