JAKARTA.
Sembari menunggu permintaan kredit pulih, para bankir boleh agak lega.
Sebab, likuiditas yang merupakan detak jantung perbankan telah
melonggar. Pelonggaran ini ditandai dengan penurunan suku bunga pasar
uang antar bank (PUAB).
Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan, suku bunga PUAB overnight turun signifikan ke bawal level 5%. Per 23 Maret 2016, suku bunga PUAB overnight bertengger di level 4,90%.
Angka ini turun drastis 269 basis poin (bps) sejak akhir Desember 2015 year to date (lihat tabel). Penelusuran KONTAN, suku bunga PUAB overnight tembus di bawah 5% terjadi terakhir kali pada Agustus 2013.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, penurunan suku bunga antar bank merupakan efek dari pelonggaran giro wajib minimum (GWM) primer. Tambahan amunisi likuiditas ini belum dibarengi permintaan kredit yang meningkat.
“Likuiditas mulai longgar dan bisa menolong bank untuk menghadapi permintaan kredit semester II yang mulai naik," jelas Perry, Rabu (23/3).
Prediksi bank sentral, kenaikan permintaan kredit bakal terjadi di segmen modal kerja dan infrastruktur. Selanjutnya, permintaan kredit akan melebar ke segmen konsumsi karena daya beli membaik.
Hitungan BI, kredit bisa tumbuh sebesar 12%-14% di tahun 2016. Kemudian, tahun berikutnya atau pada 2017, pertumbuhan kredit akan menjadi sebesar 14%-15%.
Transaksi PUAB naik
Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Rico Rizal Budidarmo menyampaikan, meski suku bunga antar bank turun, pihaknya menambah likuiditas ke pasar uang antar bank lantaran likuiditas di kas BNI melimpah.
”Transaksi PUAB di BNI meningkat menjadi Rp 1 triliun,” ucap Rico. BNI menilai, efek penurunan setoran GWM primer rupiah akan terus menurunkan suku bunga pasar uang antar bank.
Senada, Direktur Bank Mandiri Pahala Nugraha Mansury mengatakan, efek pelonggaran GWM telah menjalar ke pasar uang antar bank. “Kami masih melakukan monitoring. Meskipun likuiditas membaik namun persaingan dana masih cukup ketat,” ujar Pahala kepada KONTAN.
Di tengah pelonggaran likuiditas, Bank Mandiri bakal terus fokus mengejar dana murah atau current and saving account (CASA). Di akhir 2015, dana murah Bank Mandiri berkontribusi 65% terhadap total dana pihak ketiga (DPK).
Gambaran saja, berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia per Desember 2015, tercatat rasio kredit terhadap dana pihak ketiga atawa loan to deposit (LDR) sebesar 90,5% per Desember 2015, melonggar ketimbang posisi November 2015 yang sebesar 92,1%.
Likuiditas perbankan semakin melimpah karena BI menurunkan kewajiban GWM primer sebesar 100 bps menjadi 6,5% per Maret 2016. Penurunan ini membuat perbankan mendapat guyuran dana tambahan sebanyak Rp 34 triliun.
Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan, suku bunga PUAB overnight turun signifikan ke bawal level 5%. Per 23 Maret 2016, suku bunga PUAB overnight bertengger di level 4,90%.
Angka ini turun drastis 269 basis poin (bps) sejak akhir Desember 2015 year to date (lihat tabel). Penelusuran KONTAN, suku bunga PUAB overnight tembus di bawah 5% terjadi terakhir kali pada Agustus 2013.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, penurunan suku bunga antar bank merupakan efek dari pelonggaran giro wajib minimum (GWM) primer. Tambahan amunisi likuiditas ini belum dibarengi permintaan kredit yang meningkat.
“Likuiditas mulai longgar dan bisa menolong bank untuk menghadapi permintaan kredit semester II yang mulai naik," jelas Perry, Rabu (23/3).
Prediksi bank sentral, kenaikan permintaan kredit bakal terjadi di segmen modal kerja dan infrastruktur. Selanjutnya, permintaan kredit akan melebar ke segmen konsumsi karena daya beli membaik.
Hitungan BI, kredit bisa tumbuh sebesar 12%-14% di tahun 2016. Kemudian, tahun berikutnya atau pada 2017, pertumbuhan kredit akan menjadi sebesar 14%-15%.
Transaksi PUAB naik
Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Rico Rizal Budidarmo menyampaikan, meski suku bunga antar bank turun, pihaknya menambah likuiditas ke pasar uang antar bank lantaran likuiditas di kas BNI melimpah.
”Transaksi PUAB di BNI meningkat menjadi Rp 1 triliun,” ucap Rico. BNI menilai, efek penurunan setoran GWM primer rupiah akan terus menurunkan suku bunga pasar uang antar bank.
Senada, Direktur Bank Mandiri Pahala Nugraha Mansury mengatakan, efek pelonggaran GWM telah menjalar ke pasar uang antar bank. “Kami masih melakukan monitoring. Meskipun likuiditas membaik namun persaingan dana masih cukup ketat,” ujar Pahala kepada KONTAN.
Di tengah pelonggaran likuiditas, Bank Mandiri bakal terus fokus mengejar dana murah atau current and saving account (CASA). Di akhir 2015, dana murah Bank Mandiri berkontribusi 65% terhadap total dana pihak ketiga (DPK).
Gambaran saja, berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia per Desember 2015, tercatat rasio kredit terhadap dana pihak ketiga atawa loan to deposit (LDR) sebesar 90,5% per Desember 2015, melonggar ketimbang posisi November 2015 yang sebesar 92,1%.
Likuiditas perbankan semakin melimpah karena BI menurunkan kewajiban GWM primer sebesar 100 bps menjadi 6,5% per Maret 2016. Penurunan ini membuat perbankan mendapat guyuran dana tambahan sebanyak Rp 34 triliun.
0 Response to "Likuiditas longgar, bunga antarbank turun"
Posting Komentar