Sebagai sebuah partai Islam yang moderat serta memiliki basis massa Islam yang muda Intelektual tentu membuat Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi sebuah fenomenal tersendiri di masyarakat.
Tagline sebagai partai bersih, santun, dan selalu menjadi penyeimbang untuk kepentingan rakyat baik di pemerintahan maupun di parlemen, tentu membuat banyak pihak pemilik kekuatan di negeri ini selalu ‘gerah’ akan keberadaan partai tersebut.
PKS memang fenomenal, keberadaan sebagai partai penyeimbang dan penyalur aspirasi rakyat di parlemen sering menjadi penghalang bagi pihak dan partai yang mendukung agenda tidak pro rakyat.
Tengoklah banyak aturan dan perundangan yang tidak pro rakyat serta jauh dari unsur Islami akhirnya harus ‘mangkrak’ dan hanya menjadi keinginan sesaat serta mimpi yang tak tercapai gara gara keberadaan suara partai seperti PKS.
Menjadi partai bersih dan santun tentu menarik banyak dukungan masyarakat, maka target menjadi partai 3 (tiga) besar dalam pemilu 2014 adalah tujuan yang realistis.
Namun akhirnya, tujuan tersebut dihadang dan dihancurkan oleh sebuah konspirasi pembusukan yang sistematis massif oleh lembaga sekelas KPK dan media nasional yang banyak mendukung paham liberalisme.
Seolah ada gerakan anti PKS bersih dan santun; dengan melemparkan ‘kotoran’ korupsi yang sengaja dibuatkan (konspirasi); agar tagline bersih dan santun hilang dari identitas partai berlambang dua bulan sabit tersebut.
Masyarakat yang sudah mulai jatuh cinta kepada PKS akhirnya harus ‘berpikir’ ulang akibat badai kasus yang diterima oleh PKS.
Kasus suap impor daging sapi yang menyeret langsung nama Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq seolah mengingatkan kita, bagaimana para tiran dan kaum liberal sangat senang akan hal tersebut terjadi.
Cobalah ingat nama Elda Devianne Adiningrat sang pelapor dan pengatur permainan pada kasus suap daging impor; bagaimanakah nasibnya kini? Hilang tanpa bekas (hilang dari perhatian publik).
Lalu nama Saut Situmorang anggota BIN yang berjasa memberi kontrakan kepada Ahmad Fathonah dan diberikan kepada Luthfi Hasan Ishaaq hingga terjadi festivalisasi kasus dengan keterlibatan sosok wanita yang akhirnya diketahui sebagai istri sah LHI. Kini sang pembuat skenario telah menjadi salah satu pimpinan KPK saat ini.
Sementara sampai detik ini, pengadilan tipikor tidak pernah bisa membuktikan LHI menerima suap 1 Milyar seperti yang dituduhkan; karena fakta pengadilan ternyata yang menerima suap
adalah Ahmad Fathonah.
Itulah akibat yang diterima oleh PKS sebagai partai yang dikenal santun dan bersih; dihabisi dari sisi yang sangat telak, di titik ‘bersih’ dari korupsinya.
(Sebelum kasus LHI yang direkayasa, PKS satu-satunya partai yang masih
bersih. KOMPAS cetak edisi Senin 16 Mei 2011saat itu memberitakan PKS
satu-satunya partai yang tak tersandera kasus korupsi).
Hingga akhirnya; kasus yang ‘dipaksakan’ ada pada akhir Januari 2013 tersebut, membuat efek kepada raihan suara yang diterima oleh PKS pada pemilu legislatif 2014.
Kasus yang ‘dipakasakan’ terjadi pada 30 januari 2013 tersebut, jelas bertujuan menghabisi elektabilitas partai yang dikenal bersih dan santun tersebut.
Menghabisi demi memupus mimpi menjadi partai tiga besar dalam pemilu 2014, semakin besar partai sekelas PKS, tentu membuat takut dan kuatir pihak dengan bisnis hitamnya, cukong, mafia serta pejabat yang hidup dari lingkaran hitam tersebut.
PKS harus dihabisi, mejadikannya besar akan membuat Indonesia seperti Turki yang lebih mengedepankan akhlak moral dan nilai nilai Islami dalam bernegara.
Ada satu sosok yang menjadi sorotan ketika PKS diterpa habis habisan badai ‘persepsi negatif’ yang sengaja dibuat dan dibangun oleh pihak pihak anti PKS.
Sosok itu adalah Fahri Hamzah. Mengingat sosok tersebut seolah mengingat bagaimana marahnya seorang kader atas perlakuan yang diterima partainya atas kasus suap yang dipaksakan tersebut.
Bagaimana sosok Fahri Hamzah menjadi sosok terdepan, ketika KPK terus ‘merangsek’ dan memaksa masuk kedalam markas dakwah demi mencari bukti dan hubung menghubungkan.
Penolakan Fahri Hamzah atas perlakuan KPK tentu akan selalu diingat oleh pihak pihak yang anti kepada PKS.
Ibarat seekor singa yang menjaga rumah dan saudaranya, itulah sosok Fahri Hamzah pada waktu itu.
Singa yang harus disingkirkan itulah yang menjadi agenda paling utama dari pihak pihak yang anti kepada PKS; karena menyingkirkan singa tersebut maka dengan mudah menghabisi rumah dan kekuatan dari rumah tersebut.
Fahri Hamzah adalah sosok fenomenal dari sebuah partai yang juga fenomenal....
(Bersambung)
*Bagian selanjutnya akan dibahas pemaparan keterangan orang dalam KPK berinisal Jonas terkait sosok Fahri Hamzah dan PKS. (ADW/NDI)
Sumber: Lingkarannews
0 Response to " The Untold Story: Fahri Hamzah PKS vs KPK (Intelejen) – Bagian Pertama"
Posting Komentar