Newswire
Jum'at, 29/01/2016 20:01 WIB
Malaysia mengatakan penyakit itu begitu masuk bisa "menular cepat", namun Thailand tampaknya menentang arus dengan hanya sedikit kasus dalam setahun.
Zika yang dikaitkan dengan cacat lahir akut, termasuk bayi lahir dengan kepala terlalu kecil, menyebabkan kekisruhan di Brazil dan pemerintah setempat mengerahkan lebih dari 200 ribu tentara untuk membasmi nyamuk.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, Kamis bahwa virus itu "menyebar dengan pesat" dan bisa menginfeksi hingga 4 juta orang di Amerika.
Tidak ada pengobatan maupun vaksin untuk virus ini.
Di Thailand, sejauh ini pada 2016 baru melaporkan satu kasus. Penyebaran Zika kemungkinan rendah, kata pejabat, sebagian karena akses kesehatan yang lebih baik dan karena wilayah Thailand lebih kecil.
"Thailand merupakan negara berukuran sedang dengan sistem kesehatan yang bagus dan fasilitas kesehatan yang mudah diakses," kata Direktur Jendral Departemen Pengendalian Penyakit Amnuay Gajeena kepada Reuters.
Thailand mendeteksi kasus Zika pertama pada 2012 dan mencatat rata-rata lima kasus per tahun, menurut catatan Kementerian Kesehatan Masyarakat.
Kriengsak Limkittikul, asisten profesor pada Fakultas Kedokteran Tropis Universitas Mahidol, di Bangkok, mengatakan, tidak ada informasi mencukupi mengenai Zika, namun ini "hanyalah masalah waktu" sebelum lebih banyak kasus dilaporkan.
Thailand mengonfirmasikan satu kasus infeksi virus tersebut pada 2016. Sebelumnya pada bulan ini, Taiwan melaporkan satu kasus infeksi Zika pada seorang pria dari Thailand utara.
WHO mengatakan, Minggu, penyebaran cepat Zika di Amerika diakibatkan kekurangan kekebalan tubuh di kalangan populasi yang sebelumnya tidak pernah terpapar virus tersebut.
Amnuay mengatakan tidak ada bukti teknis penyebaran kekebalan tubuh di Thailand namun individu yang terpapar virus itu akan mengembangkan antibodi seperti halnya dengan virus lain.
Virus Zika menyebar melalui nyamuk Aedes aegypti -penular penyakit demam berdarah, demam kuning dan penyakit-penyakit tropis lain.
WHO untuk kawasan Pasifik Barat di Manila mengatakan sepanjang nyamuk Aedes aegypti berkembang di kawasan ini, bisa diantisipasi bahwa virus itu akan muncul.
Kementerian Kesehatan Malaysia mengatakan Zika belum terdeteksi. "Jika virus ini masuk melalui warga Malaysia yang terinfeksi atau oleh pelancong ke Malaysia, bisa menyebar dengan cepat," kata Wakil Direktur Jendral Kementerian Kesehatan Malaysia, Lokman Sulaiman.
Negara tetangga Singapura tidak mendeteksi adanya infeksi Zika namun pemerintah mengatakan ada risiko tinggi penularan jika virus itu diimpor ke Singapura yang merupakan pusat pariwisata kawasan.
Di Pasifik Barat, Zika pertama kali dilaporkan di Mikronesia pada 2007. Penyakit ini pertama dilaporkan di Polinesia Prancis pada Oktober 2013, dan sejak itu, sejumlah negara di Kepulauan Pasifik melaporkan kasus sama, termasuk Kaledonia Baru, Kepulauan Cook, Kepulauan Solomon, Vanuatu, Fiji, dan Samoa.
Di Australia, laman nasihat perjalanan Kementerian Luar Negeri Australia mengatakan, tidak ada laporan mengenai kasus Zika.
Harian New Zealand, Herald, melaporkan, Jumat, seorang warga setempat dilarikan ke rumah sakit dengan gejala terkait virus Zika.
Kementerian Kesehatan mengatakan telah menerima sembilan pemberitahuan mengenai kasus Zika pada 2016, demikian dilaporkan harian tersebut.
Seluruhnya pernah mengunjungi Kepulauan Pasifik dan delapan di antaranya sudah sembuh.
Malaysia mengatakan penyakit itu begitu masuk bisa "menular cepat", namun Thailand tampaknya menentang arus dengan hanya sedikit kasus dalam setahun.
Zika yang dikaitkan dengan cacat lahir akut, termasuk bayi lahir dengan kepala terlalu kecil, menyebabkan kekisruhan di Brazil dan pemerintah setempat mengerahkan lebih dari 200 ribu tentara untuk membasmi nyamuk.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, Kamis bahwa virus itu "menyebar dengan pesat" dan bisa menginfeksi hingga 4 juta orang di Amerika.
Tidak ada pengobatan maupun vaksin untuk virus ini.
Di Thailand, sejauh ini pada 2016 baru melaporkan satu kasus. Penyebaran Zika kemungkinan rendah, kata pejabat, sebagian karena akses kesehatan yang lebih baik dan karena wilayah Thailand lebih kecil.
"Thailand merupakan negara berukuran sedang dengan sistem kesehatan yang bagus dan fasilitas kesehatan yang mudah diakses," kata Direktur Jendral Departemen Pengendalian Penyakit Amnuay Gajeena kepada Reuters.
Thailand mendeteksi kasus Zika pertama pada 2012 dan mencatat rata-rata lima kasus per tahun, menurut catatan Kementerian Kesehatan Masyarakat.
Kriengsak Limkittikul, asisten profesor pada Fakultas Kedokteran Tropis Universitas Mahidol, di Bangkok, mengatakan, tidak ada informasi mencukupi mengenai Zika, namun ini "hanyalah masalah waktu" sebelum lebih banyak kasus dilaporkan.
Thailand mengonfirmasikan satu kasus infeksi virus tersebut pada 2016. Sebelumnya pada bulan ini, Taiwan melaporkan satu kasus infeksi Zika pada seorang pria dari Thailand utara.
WHO mengatakan, Minggu, penyebaran cepat Zika di Amerika diakibatkan kekurangan kekebalan tubuh di kalangan populasi yang sebelumnya tidak pernah terpapar virus tersebut.
Amnuay mengatakan tidak ada bukti teknis penyebaran kekebalan tubuh di Thailand namun individu yang terpapar virus itu akan mengembangkan antibodi seperti halnya dengan virus lain.
Virus Zika menyebar melalui nyamuk Aedes aegypti -penular penyakit demam berdarah, demam kuning dan penyakit-penyakit tropis lain.
WHO untuk kawasan Pasifik Barat di Manila mengatakan sepanjang nyamuk Aedes aegypti berkembang di kawasan ini, bisa diantisipasi bahwa virus itu akan muncul.
Kementerian Kesehatan Malaysia mengatakan Zika belum terdeteksi. "Jika virus ini masuk melalui warga Malaysia yang terinfeksi atau oleh pelancong ke Malaysia, bisa menyebar dengan cepat," kata Wakil Direktur Jendral Kementerian Kesehatan Malaysia, Lokman Sulaiman.
Negara tetangga Singapura tidak mendeteksi adanya infeksi Zika namun pemerintah mengatakan ada risiko tinggi penularan jika virus itu diimpor ke Singapura yang merupakan pusat pariwisata kawasan.
Di Pasifik Barat, Zika pertama kali dilaporkan di Mikronesia pada 2007. Penyakit ini pertama dilaporkan di Polinesia Prancis pada Oktober 2013, dan sejak itu, sejumlah negara di Kepulauan Pasifik melaporkan kasus sama, termasuk Kaledonia Baru, Kepulauan Cook, Kepulauan Solomon, Vanuatu, Fiji, dan Samoa.
Di Australia, laman nasihat perjalanan Kementerian Luar Negeri Australia mengatakan, tidak ada laporan mengenai kasus Zika.
Harian New Zealand, Herald, melaporkan, Jumat, seorang warga setempat dilarikan ke rumah sakit dengan gejala terkait virus Zika.
Kementerian Kesehatan mengatakan telah menerima sembilan pemberitahuan mengenai kasus Zika pada 2016, demikian dilaporkan harian tersebut.
Seluruhnya pernah mengunjungi Kepulauan Pasifik dan delapan di antaranya sudah sembuh.
0 Response to "Negara-negara Di Asia Tenggara Mulai Waspadai Virus Zika"
Posting Komentar