Sabtu, 05 Maret 2016 / 14:04 WIB
JAKARTA.
Kesan elegan yang tampil di batu mulia, masih kalah mentereng dari
emas. Si kuning emas bisa menjadi aset investasi. Ditambah perekonomian
yang lesu menyebabkan keindahan batu mulia kian terkubur.
Ketua Asosiasi Masyarakat Batumulia Indonesia (AMBI) Sujatmiko menjelaskan, salah satu kegagalan batu mulia menjadi instrumen investasi yang menarik lantaran tak ada satuan harga standar yang digunakan dalam berdagang, baik secara lokal maupun internasional.
Yang ada, penetapan harga berlian, rubi, emerald, zamrud dan safir tergantung pada penjual masing-masing. Alhasil, tidak ada jaminan kalau wahana ini kemudian aman digunakan sebagai jenis investasi. Investor sulit memastikan, apakah harga batu mulia tersebut akan terus naik atau malah menukik.
Berbeda dengan emas yang sudah memiliki patokan harga internasional, sehingga lebih mudah dijualbelikan. Selain itu, batu mulia di Indonesia lebih banyak diburu oleh kolektor atau pengguna pribadi.
"Sehingga tidak ada pasar jual beli masif yang aktif, mayoritas pedagang juga jual putus," jelas Sujatmiko.
Beberapa pedagang batu mulia di Jakarta Gems Center Rawabening, Jatinegara mengakui, jarang ada pembeli batu mulia dengan tujuan menjadikannya sebagai instrumen investasi. Apalagi harga batu mulia sangat bergantung pada pergerakan dollar Amerika Serikat (AS).
"Karena batu mulia masih kami impor," jelas Fahmi, pemilik toko Fahmi Mutiara & Jewellery, Jumat (4/3).
Artinya, jika dollar AS tengah perkasa terhadap rupiah, harga jual permata bakal melesat. Sayang, kini tak semua pedagang batu mulia dapat merasakan nikmatnya harga jual yang sedang naik. Penahan melejitnya omzet penjualan pedagang batu mulia adalah permintaan pasar yang kini cenderung lesu.
Sebagai gambaran, sejak pertengahan tahun 2015 hingga saat ini, harga berlian sudah melonjak 20%. Namun, omzet penjualan pedagang justru turun sekitar 50%. "Karena memang daya beli turun, terutama karena tren batu akik yang sempat heboh beberapa waktu lalu. Masyarakat berbondong cari batu akik," papar Fahmi.
Bentuk bongkahan Para penggemar batu mulia saat ini masih lebih banyak merupakan penggemar perhiasan, terutama untuk cincin dan kalung. Sebenarnya batu mulia lain sama seperti emas, jika dijadikan perhiasan, harganya bakal tergerus.
Sebagai contoh, perhiasan jenis permata. kalau dijadikan perhiasan, harga jual ambles antara 20% hingga 30%. Medana Tambunan, pemilik Toko Maisya Jewellery, menuturkan, peminat perhiasan mewah seperti berlian, safir rubi, dan emerald mayoritas memang kolektor.
Dengan demikian, tujuan mereka membeli batu mulia bukan untuk investasi, tetapi koleksi pribadi. Nah, jika ingin menjadikan batu mulia sebagai salah satu instrumen investasi, Yusnani Ahmad Zaini, pemilik toko Nabil Gems memberikan tips menarik. Yakni, carilah batu mulia yang berbentuk bongkahan batu.
Selama ini memang banyak investor berlian yang telah mengoleksi berlian lepasan alias loose diamond. Harga berlian lepasan ini biasanya sudah memiliki standar harga internasional. Alhasil, harganya bukan lagi seperti berlian perhiasan.
Kiat lain mengoleksi batu mulia sama seperti portofolio investasi lain, yakni jika dalam tren melemah, itulah momentum mengambil posisi beli. Ini dikenal dengan strategi buy on weakness. Apalagi harga batu mulia mirip dengan emas, yang berpeluang pulih setelah terpeleset sejenak.
Ketua Asosiasi Masyarakat Batumulia Indonesia (AMBI) Sujatmiko menjelaskan, salah satu kegagalan batu mulia menjadi instrumen investasi yang menarik lantaran tak ada satuan harga standar yang digunakan dalam berdagang, baik secara lokal maupun internasional.
Yang ada, penetapan harga berlian, rubi, emerald, zamrud dan safir tergantung pada penjual masing-masing. Alhasil, tidak ada jaminan kalau wahana ini kemudian aman digunakan sebagai jenis investasi. Investor sulit memastikan, apakah harga batu mulia tersebut akan terus naik atau malah menukik.
Berbeda dengan emas yang sudah memiliki patokan harga internasional, sehingga lebih mudah dijualbelikan. Selain itu, batu mulia di Indonesia lebih banyak diburu oleh kolektor atau pengguna pribadi.
"Sehingga tidak ada pasar jual beli masif yang aktif, mayoritas pedagang juga jual putus," jelas Sujatmiko.
Beberapa pedagang batu mulia di Jakarta Gems Center Rawabening, Jatinegara mengakui, jarang ada pembeli batu mulia dengan tujuan menjadikannya sebagai instrumen investasi. Apalagi harga batu mulia sangat bergantung pada pergerakan dollar Amerika Serikat (AS).
"Karena batu mulia masih kami impor," jelas Fahmi, pemilik toko Fahmi Mutiara & Jewellery, Jumat (4/3).
Artinya, jika dollar AS tengah perkasa terhadap rupiah, harga jual permata bakal melesat. Sayang, kini tak semua pedagang batu mulia dapat merasakan nikmatnya harga jual yang sedang naik. Penahan melejitnya omzet penjualan pedagang batu mulia adalah permintaan pasar yang kini cenderung lesu.
Sebagai gambaran, sejak pertengahan tahun 2015 hingga saat ini, harga berlian sudah melonjak 20%. Namun, omzet penjualan pedagang justru turun sekitar 50%. "Karena memang daya beli turun, terutama karena tren batu akik yang sempat heboh beberapa waktu lalu. Masyarakat berbondong cari batu akik," papar Fahmi.
Bentuk bongkahan Para penggemar batu mulia saat ini masih lebih banyak merupakan penggemar perhiasan, terutama untuk cincin dan kalung. Sebenarnya batu mulia lain sama seperti emas, jika dijadikan perhiasan, harganya bakal tergerus.
Sebagai contoh, perhiasan jenis permata. kalau dijadikan perhiasan, harga jual ambles antara 20% hingga 30%. Medana Tambunan, pemilik Toko Maisya Jewellery, menuturkan, peminat perhiasan mewah seperti berlian, safir rubi, dan emerald mayoritas memang kolektor.
Dengan demikian, tujuan mereka membeli batu mulia bukan untuk investasi, tetapi koleksi pribadi. Nah, jika ingin menjadikan batu mulia sebagai salah satu instrumen investasi, Yusnani Ahmad Zaini, pemilik toko Nabil Gems memberikan tips menarik. Yakni, carilah batu mulia yang berbentuk bongkahan batu.
Selama ini memang banyak investor berlian yang telah mengoleksi berlian lepasan alias loose diamond. Harga berlian lepasan ini biasanya sudah memiliki standar harga internasional. Alhasil, harganya bukan lagi seperti berlian perhiasan.
Kiat lain mengoleksi batu mulia sama seperti portofolio investasi lain, yakni jika dalam tren melemah, itulah momentum mengambil posisi beli. Ini dikenal dengan strategi buy on weakness. Apalagi harga batu mulia mirip dengan emas, yang berpeluang pulih setelah terpeleset sejenak.
0 Response to "Batu mulia bukan pilihan investasi "
Posting Komentar