Sabtu, 05 Maret 2016
(1) 27/2/2016 adalah tahun kelima wafatnya mujahid dakwah Politik Turki kontemporer. Ia adalah Najmuddin Erbakkan. Guru dan mentor Rajab Thayyib Erdogan.
(2) Suatu kebetulan, tanggal wafat Erbakan di bulan Februari beda 1 hari dengan tanggal kelahiran Erdogan yang lahir tanggal 26 Februari 1954.
(3) Saya tidak akan mengupas sepak terjang Erbakan yang sangat berani hingga berujung pada pembubaran dan pencabutan hak politiknya sebagai WN Turki.
(4) Namun satu hal menarik adalah sikap tawadhu dan lapang dada yang beliau curahkan kepada Erdogan dan garis perjuangannya.
(5) Seperti diketahui. Sebelum wafat. Erbakan mendirikan partai Sa'adah. Partai yang fokus pada dakwah Ilallah, penyadaran umat, aktif di bidang sosial pendidikan, juga terdepan dalam tarbiyyah siyasiyah dan iqtishodiyyah.
(6) Nah. Di ujung hayatnya. Erbakan berpesan kepada Shidiq Jalaludin, ketua Partai Saadah, agar tidak ikut Pemilu dan meminta semua kader simpatisan, untuk memberikan suara kepada AKP di setiap Pemilu.
(7) Pesan yang sedikit aneh. Namun semua membuktikan, Erbakan adalah sosok panutan, arif bijaksana, dan tidak mengajarkan legenda kebencian.
(8) Erbakan menghargai perjuangan muridnya, Erdogan yang di beberapa kali Pemilu harus berjibaku melawan Komunis, Liberalis, Kemalis, dan tekanan regional.
(9) Kita patut mengapresiasi kedua tokoh di atas. Di Indonesia alangkah baiknya di era Jokowi ini menjadi start point kesatuan umat.
(10) Kasus jangka pendek. Bila Ahok head to head dengan Bang Yusril. Alangkah indahnya seluruh elemen Islam bersama, melepaskan jubah keangkuhan orpol, ormas atau gerakan. Mengambil sisi persamaan, bukan memperlebar jarak perbedaan.
(11) Mirip sandal jepit. Jika keduanya berjalan untuk satu tujuan. Ia bersama tapi tak busa bersatu. Percuma bisa disatukan, tapi saat terikat tali rapia. Bisakah?
By: Nandang Burhanudin
0 Response to "Erbakan, Yusril, dan Persatuan Umat"
Posting Komentar