Cadangan devisa yang terkuras akan mengganggu kestabilan perekonomian Indonesia.
Ketua
Umum Asosiasi Pedagang Valuta Asing (APVA) Indonesia Muhammad Idrus
meminta agar pemerintah menjaga cadangan devisa agar tidak terkuras oleh
impor pangan. Jika tidak, ketidakstabilan akan mengancam perekonomian
Indonesia.
"Sebetulnya kondisi valuta asing terutama Dolar
Amerika Serikat (AS) itu tergantung kondisi ekonomi AS sendiri. Karena
AS adalah pusat ekonomi dan keuangan dunia, kebijakan bank sentral
Amerika (The Fed) menaikkan suku bunga acuan bisa menarik uang Dolar AS
dari seluruh dunia termasuk Indonesia. Akibatnya Kurs Dolar AS menjadi
mahal dan membuat Rupiah rentan terdepresiasi," kata Idrus saat
dihubungi Suara.com, Rabu (9/3/2016).
Tak hanya itu, tingginya konsumsi pangan yang
tak dibarengi peningkatan kapasitas produksi pangan dalam negeri membuat
kebutuhan impor pangan menjadi tinggi. Sudah tentu ini beresiko
menguras cadangan devisa kita. "Makanya ini harus dijaga oleh pemerintah
agar jangan sampai terjadi gejolak dalam ekonomi kita," tutup Idrus.
Mengacu data Bank Indonesia (BI), posisi cadangan
devisa Indonesia akhir Februari 2016 tercatat sebesar 104,5 miliar Dolar
AS. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Januari
2016 sebesar 102,1 miliar Dolar AS. Peningkatan tersebut dipengaruhi
penerimaan cadangan devisa, antara lain berasal dari penerimaan devisa
migas dan penarikan pinjaman pemerintah serta hasil lelang Surat
Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas, yang jauh melampaui kebutuhan
devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Posisi cadangan devisa per akhir Februari 2016
tersebut cukup untuk membiayai 7,6 bulan impor atau 7,3 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar
kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai
cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan
menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
0 Response to "Cadangan Devisa Jangan Sampai Terkuras Impor Pangan"
Posting Komentar