Kamis, 03 Maret 2016 / 07:31 WIB
JAKARTA.
Kinerja saham-saham emiten rokok dunia berdasarkan Bloomberg
Intelligence, tercatat lebih unggul dibandingkan dengan rerata kinerja
MSCI World Index, sepanjang tahun ini.
Yang perlu menjadi perhatian, emiten rokok Indonesia juga mencetak kinerja saham paling tinggi dibandingkan emiten rokok lain di pasar global.
Kenneth Shea, Analis Bloomberg, mengatakan, kinerja saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) sudah melonjak 18,5% dari awal tahun ini hingga akhir Februari lalu. Hal itu menyebabkan return HMSP menjadi nomor wahid dalam jajaran saham rokok dunia.
Menurut Kenneth, performa HMSP kontras dengan performa grup rokok secara keseluruhan yang minus 8,01%. "Pembayaran dividen yang naik 40% sampai Kuartal III 2015, mendorong performa saham," ujar Kenneth, dalam riset yang diterima KONTAN, Rabu (2/3).
Tetapi bukan cuma HMSP yang menonjol. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) menempati posisi kedua dengan return positif 14,86% sepanjang tahun. Indeks saham rokok dalam Bloomberg Intelligence ditransaksikan pada Rasio enterprise value (EV) to forward EBITDA sebesar 11,5 kali, lebih premium 19% jika dibandingkan MSCI World Index.
Secara fundamental, emiten rokok dalam negeri masih cenderung kebal dari sentimen negatif. Tengok saja, kinerja HMSP pada tahun lalu yang masih meningkat. Pada 2015, pendapatan HSMP naik 8,9% dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi Rp 42,1 triliun.
Lalu, laba bersih, naik 1,8% menjadi Rp 10,4 triliun. Memang dari sisi volume penjualan, tak banyak pertumbuhan di pasar rokok Indonesia karena ekonomi Indonesia yang melambat. Meski demikian, HMSP masih mempertahankan pangsa pasar sebesar 35% pada tahun lalu.
Saham HMSP di publik yang sudah diperbesar menjadi 7,5% juga banyak berkontribusi pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Konsumen setia Suria Dharma, Kepala Riset Buana Capital, mengatakan, ada beberapa faktor positif yang mendorong emiten rokok dalam negeri menjadi paling unggul di global.
Loyalitas konsumen Indonesia menyebabkan perusahaan rokok tetap mampu mencetak keuntungan, meski berada di tengah tingginya beban dan gencarnya kampanye anti-rokok di masyarakat.
Margin emiten rokok masih bisa tumbuh lantaran beban produksi ataupun kenaikan cukai dari pemerintah selalu bisa diimbangi dengan cara menaikkan harga jual ke konsumen.
"Selama beban ini masih bisa dibagi ke konsumen, margin emiten rokok bisa tetap stabil," ujarnya. Arus kas emiten rokok juga cenderung tinggi. Suria bilang, investor masih menyukai saham-saham rokok lantaran sering memberi dividen dalam jumlah besar.
Jadi, selain mendapat keuntungan dari kenaikan harga sahamnya, investor juga berpeluang meraih cuan dari dividen yang tinggi.
Andrew Argado, Kepala Riset Recapital Securities, mengatakan, industri rokok di Indonesia lebih matang dibandingkan dengan industri lain. Sehingga, perusahaan rokok lebih mudah mengatur strategi jika terjadi kenaikan biaya produksinya.
"Penduduk Indonesia yang besar menjadi potensi pasar perusahaan rokok yang sangat menjanjikan," imbuhnya. Meskipun valuasi saham-saham emiten rokok sudah cukup premium, Andrew menilai, saham-saham sektor ini masih punya banyak peluang tumbuh dan dikoleksi jangka panjang.
Tetapi karena kenaikan harga saham HMSP sudah sangat tinggi, Andrew dan Suria lebih merekomendasikan saham GGRM yang valuasinya lebih murah untuk diakumulasi dalam jangka panjang.
Yang perlu menjadi perhatian, emiten rokok Indonesia juga mencetak kinerja saham paling tinggi dibandingkan emiten rokok lain di pasar global.
Kenneth Shea, Analis Bloomberg, mengatakan, kinerja saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) sudah melonjak 18,5% dari awal tahun ini hingga akhir Februari lalu. Hal itu menyebabkan return HMSP menjadi nomor wahid dalam jajaran saham rokok dunia.
Menurut Kenneth, performa HMSP kontras dengan performa grup rokok secara keseluruhan yang minus 8,01%. "Pembayaran dividen yang naik 40% sampai Kuartal III 2015, mendorong performa saham," ujar Kenneth, dalam riset yang diterima KONTAN, Rabu (2/3).
Tetapi bukan cuma HMSP yang menonjol. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) menempati posisi kedua dengan return positif 14,86% sepanjang tahun. Indeks saham rokok dalam Bloomberg Intelligence ditransaksikan pada Rasio enterprise value (EV) to forward EBITDA sebesar 11,5 kali, lebih premium 19% jika dibandingkan MSCI World Index.
Secara fundamental, emiten rokok dalam negeri masih cenderung kebal dari sentimen negatif. Tengok saja, kinerja HMSP pada tahun lalu yang masih meningkat. Pada 2015, pendapatan HSMP naik 8,9% dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi Rp 42,1 triliun.
Lalu, laba bersih, naik 1,8% menjadi Rp 10,4 triliun. Memang dari sisi volume penjualan, tak banyak pertumbuhan di pasar rokok Indonesia karena ekonomi Indonesia yang melambat. Meski demikian, HMSP masih mempertahankan pangsa pasar sebesar 35% pada tahun lalu.
Saham HMSP di publik yang sudah diperbesar menjadi 7,5% juga banyak berkontribusi pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Konsumen setia Suria Dharma, Kepala Riset Buana Capital, mengatakan, ada beberapa faktor positif yang mendorong emiten rokok dalam negeri menjadi paling unggul di global.
Loyalitas konsumen Indonesia menyebabkan perusahaan rokok tetap mampu mencetak keuntungan, meski berada di tengah tingginya beban dan gencarnya kampanye anti-rokok di masyarakat.
Margin emiten rokok masih bisa tumbuh lantaran beban produksi ataupun kenaikan cukai dari pemerintah selalu bisa diimbangi dengan cara menaikkan harga jual ke konsumen.
"Selama beban ini masih bisa dibagi ke konsumen, margin emiten rokok bisa tetap stabil," ujarnya. Arus kas emiten rokok juga cenderung tinggi. Suria bilang, investor masih menyukai saham-saham rokok lantaran sering memberi dividen dalam jumlah besar.
Jadi, selain mendapat keuntungan dari kenaikan harga sahamnya, investor juga berpeluang meraih cuan dari dividen yang tinggi.
Andrew Argado, Kepala Riset Recapital Securities, mengatakan, industri rokok di Indonesia lebih matang dibandingkan dengan industri lain. Sehingga, perusahaan rokok lebih mudah mengatur strategi jika terjadi kenaikan biaya produksinya.
"Penduduk Indonesia yang besar menjadi potensi pasar perusahaan rokok yang sangat menjanjikan," imbuhnya. Meskipun valuasi saham-saham emiten rokok sudah cukup premium, Andrew menilai, saham-saham sektor ini masih punya banyak peluang tumbuh dan dikoleksi jangka panjang.
Tetapi karena kenaikan harga saham HMSP sudah sangat tinggi, Andrew dan Suria lebih merekomendasikan saham GGRM yang valuasinya lebih murah untuk diakumulasi dalam jangka panjang.
0 Response to "Emiten saham rokok unggul di global"
Posting Komentar