Selasa, 26 Januari 2016 00:21
- Baru satu bulan merantau di Melawi, Kalimantan Barat, Melki (37) dipaksa kembali ke Jakarta oleh kepolisian setempat. Dia bersama sang istri hanya tahu alasan dipulangkan demi keamanan.
"Saya dan istri langsung berangkat ke Pontianak, Kamis (21/1). Sabtu (23/1) terbang dari Pontianak ke Jakarta. Rumah kontrakan, surat-surat berharga, dan barang-barang lainnya saya tinggalkan begitu saja," cerita Melki kepada wartawan, Senin (25/1).
Melki ikut bergabung dalam kelompok Gafatar antara tahun 2012-2013. Sebelum hijrah ke Kalimantan, dia merantau di Kepulauan Riau. Dia mengaku tak tahu dari mana polisi tahu bahwa dirinya tergabung dalam kelompok Gafatar.
"Kami enggak tahu bagaimana mereka bisa tahu kami ada hubungan sama Gafatar. Kalau memang kami sesat, sesatnya di mana? Saya salat, puasa, dan mengaji," tutur Melki.
Sejumlah aset barang-barang jualnya (spare part) ditinggalkannya di Melawi. Selain itu lebih dari Rp 1 miliar asetnya disita dan tidak tahu keberadaannya.
"Kami di sana hanya bertani dan berjualan. Tapi kami ditindas. Sekarang kami sudah tidak punya apa-apa, baju hanya sehelai di badan. Kalau begini, siapa yang akan bertanggungjawab?" keluh Melki.
Saat ini, Melki dan keluarganya ditampung di Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Daya Guna 2, Ceger, Cipayung Jakarta Timur. Rencananya para eks Gafatar ini akan dikembalikan ke daerah asalnya sebelum hijrah ke Kalimantan. Namun, hingga saat ini belum diketahui secara jelas sampai kapan mereka akan ditampung di sini.
0 Response to "Eks Gafatar: Kalau memang kami sesat, sesatnya di mana?"
Posting Komentar