Senin, 22 Februari 2016 / 08:47 WIB
JAKARTA.
Pergerakan pasar saham dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (USD)
akan dipengaruhi oleh sentimen ekonomi dalam negeri dan sentimen
eksternal.
Lana Soelistianingsih, ekonom Samuel Sekuritas mengatakan, pergerakan pasar hari ini akan dipengaruhi sentimen dari domestik yakni melambatnya utang luar negeri Indonesia. Utang luar negeri Indonesia per Desember 2015 tercatat sebesar US$310,72 miliar atau naik 5,8% yoy.
Namun, ini melambat dibandingkan posisi Desember 2014 yang tercatat naik 10,4% yoy. Perlambatan ini terutama karena melambatnya utang luar negeri swasta dari pertumbuhan 15,1% yoy pada 2014 menjadi 2,2% yoy pada 2015.
Perlambatan ini sejalan dengan melemahnya nilai tukar rupiah dan melambatnya pertumbuhan ekonomi. Alhasil rasio utang terhadap PDB naik dari 33% pada 2014 menjadi 36,1% pada 2015.
"Meski rasio utang luar negeri sudah di batas ambang aman 33%, namun masih bisa diterima di tengah ekonomi global yang juga melambat." Jelas Lana dalam riset yang diterima KONTAN, Senin (22/2).
Sementara sentimen dari eksternal akan dipengaruhi oleh naiknya tingkat inflasi AS Januari menjadi 1,4% yoy, naik dari 0,7% yoy pada Desember 2015. Lana bilang, Kenaikan terutama karena biaya sewa rumah, kesehatan dan transportasi. Bahkan inflasi inti juga naik tertinggi dalam 4,5 tahun terakhir.
Tingkat Inflasi tersebut sudah mendekati target The Fed sebesar 2%. Menurut Lana, ini bisa membuat The Fed merealisasikan kenaikan Suku bunga lebih awal dari prediksi sebelumnya pada semester II mendatang. "Ada potensi The Fed rate naik 50 basis poin sebelum semester II" jelas Lana.
Lana memperkirakan, nilai tukar Rupiah hari ini berpotensi melemah di kisaran antara Rp13.460 - Rp13.500 per dollar AS. Sedangkan Indeks futures bursa Asia dinilai akan bergerak bervariasi dan cenderung terkoreksi karena sentimen negatif dari bursa global dan turunnya harga minyak mentah.
Lana Soelistianingsih, ekonom Samuel Sekuritas mengatakan, pergerakan pasar hari ini akan dipengaruhi sentimen dari domestik yakni melambatnya utang luar negeri Indonesia. Utang luar negeri Indonesia per Desember 2015 tercatat sebesar US$310,72 miliar atau naik 5,8% yoy.
Namun, ini melambat dibandingkan posisi Desember 2014 yang tercatat naik 10,4% yoy. Perlambatan ini terutama karena melambatnya utang luar negeri swasta dari pertumbuhan 15,1% yoy pada 2014 menjadi 2,2% yoy pada 2015.
Perlambatan ini sejalan dengan melemahnya nilai tukar rupiah dan melambatnya pertumbuhan ekonomi. Alhasil rasio utang terhadap PDB naik dari 33% pada 2014 menjadi 36,1% pada 2015.
"Meski rasio utang luar negeri sudah di batas ambang aman 33%, namun masih bisa diterima di tengah ekonomi global yang juga melambat." Jelas Lana dalam riset yang diterima KONTAN, Senin (22/2).
Sementara sentimen dari eksternal akan dipengaruhi oleh naiknya tingkat inflasi AS Januari menjadi 1,4% yoy, naik dari 0,7% yoy pada Desember 2015. Lana bilang, Kenaikan terutama karena biaya sewa rumah, kesehatan dan transportasi. Bahkan inflasi inti juga naik tertinggi dalam 4,5 tahun terakhir.
Tingkat Inflasi tersebut sudah mendekati target The Fed sebesar 2%. Menurut Lana, ini bisa membuat The Fed merealisasikan kenaikan Suku bunga lebih awal dari prediksi sebelumnya pada semester II mendatang. "Ada potensi The Fed rate naik 50 basis poin sebelum semester II" jelas Lana.
Lana memperkirakan, nilai tukar Rupiah hari ini berpotensi melemah di kisaran antara Rp13.460 - Rp13.500 per dollar AS. Sedangkan Indeks futures bursa Asia dinilai akan bergerak bervariasi dan cenderung terkoreksi karena sentimen negatif dari bursa global dan turunnya harga minyak mentah.
0 Response to "Berikut sentimen yang mempengaruhi pasar hari ini"
Posting Komentar