Senin, 22 Februari 2016 / 07:39 WIB
JAKARTA.
Awal pekan ini, Senin (22/2) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
diperkirakan akan cenderung bergerak di zona negatif. Pasalnya, harga
minyak mentah yang kembali anjlok akan berdampak negatif bagi pergerakan
saham berbasiskan komoditas.
Investor lokal akan memanfaatkan koreksi yang terjadi untuk mengoleksi kembali sejumlah saham unggulan yang sektornya bullish.
"IHSG diperkirakan bergerak di 4650 hingga 4725 cenderung koreksi," ujar David Sutianto, Analis First Asia Capital dalam Market Research, Senin (22/2).
Pada perdagangan akhir pekan lalu didominasi tekanan jual pemodal membuat IHSG yang sudah menguat dalam empat sesi perdagangan sebelumnya mengalami koreksi tajam 81,234 poin (1,7%) di 4697,560.
Tekanan jual dimotori pemodal asing terutama melanda saham emiten perbankan. Penjualan bersih asing Rp 912,40 miliar akhir pekan lalu setelah empat hari perdagangan sebelumnya mencatatkan pembelian bersih hingga Rp1,22 triliun.
Investor bereaksi negatif atas rencana OJK membatasi rasio net interest margin (NIM) perbankan di level 4%. Saat ini rata-rata rasio NIM perbankan Indonesia 5,3%. Langkah OJK ini dimaksudkan untuk memaksa perbankan menurunkan suku bunga kreditnya.
"Pasar bereaksi negatif karena tidak menyukai sesuatu yang sifatnya mengintervensi pasar. Akibat koreksi akhir pekan lalu, IHSG selama sepekan terkoreksi 0,36% melanjutkan koreksi pekan sebelumnya 1,76%," lanjutnya.
Sementara itu, Wall Street akhir pekan lalu bergerak bervariasi. Indeks DJIA koreksi 0,13% di 16391,99. Indeks S&P flat di 1917,78 dan indeks Nasdaq menguat 0,4% di 4504,43.
Penguatan ditopang saham konsumsi dan teknologi, sedangkan saham sektor energi terkoreksi menyusul harga minyak yang kembali anjlok 3% di USD29,79/barel. Pasar masih mengkhawatikan kelebihan pasokan minyak dunia.
Dari perekonomian AS, data inflasi inti Januari 2016 naik 0,3% (MoM) di atas perkiraan 0,2% memicu kembali ekspektasi kenaikan tingkat bunga Fed Fund Rate yang berimbas pada penguatan dolar AS.
Investor lokal akan memanfaatkan koreksi yang terjadi untuk mengoleksi kembali sejumlah saham unggulan yang sektornya bullish.
"IHSG diperkirakan bergerak di 4650 hingga 4725 cenderung koreksi," ujar David Sutianto, Analis First Asia Capital dalam Market Research, Senin (22/2).
Pada perdagangan akhir pekan lalu didominasi tekanan jual pemodal membuat IHSG yang sudah menguat dalam empat sesi perdagangan sebelumnya mengalami koreksi tajam 81,234 poin (1,7%) di 4697,560.
Tekanan jual dimotori pemodal asing terutama melanda saham emiten perbankan. Penjualan bersih asing Rp 912,40 miliar akhir pekan lalu setelah empat hari perdagangan sebelumnya mencatatkan pembelian bersih hingga Rp1,22 triliun.
Investor bereaksi negatif atas rencana OJK membatasi rasio net interest margin (NIM) perbankan di level 4%. Saat ini rata-rata rasio NIM perbankan Indonesia 5,3%. Langkah OJK ini dimaksudkan untuk memaksa perbankan menurunkan suku bunga kreditnya.
"Pasar bereaksi negatif karena tidak menyukai sesuatu yang sifatnya mengintervensi pasar. Akibat koreksi akhir pekan lalu, IHSG selama sepekan terkoreksi 0,36% melanjutkan koreksi pekan sebelumnya 1,76%," lanjutnya.
Sementara itu, Wall Street akhir pekan lalu bergerak bervariasi. Indeks DJIA koreksi 0,13% di 16391,99. Indeks S&P flat di 1917,78 dan indeks Nasdaq menguat 0,4% di 4504,43.
Penguatan ditopang saham konsumsi dan teknologi, sedangkan saham sektor energi terkoreksi menyusul harga minyak yang kembali anjlok 3% di USD29,79/barel. Pasar masih mengkhawatikan kelebihan pasokan minyak dunia.
Dari perekonomian AS, data inflasi inti Januari 2016 naik 0,3% (MoM) di atas perkiraan 0,2% memicu kembali ekspektasi kenaikan tingkat bunga Fed Fund Rate yang berimbas pada penguatan dolar AS.
0 Response to "Wacana pemangkasan NIM bank bayangi IHSG"
Posting Komentar