Senin, 22 Februari 2016 / 17:49 WIB
JAKARTA.
Produksi minyak dari Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, yang dioperatori
oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) mulai mengalami peningkatan. Pada
awal Januari 2016, SKK Migas mencatat produksi Banyu Urip mencapai
130.000 barel per hari (bph).
" Produksi Banyu Urip skearang sudah lebih dari 150.000 barel per hari," ujar Erwin Maryoto Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil pada Senin (22/2).
Dengan produksi yang mulai meningkat tersebut, Kepala SKK Migas Elan Biantoro menyebut kemungkinan besar produksi minyak dari Lapangan Banyu Urip bisa mencapai puncak produksi sekitar bulan Maret-April 2016 mendatang. Pemerintah sendiri menargetkan produksi maksimal pada Lapangan Banyu Urip bisa mencapai 165.000 bph.
Sebelumnya SKK Migas memproyeksi Lapangan Banyu Urip bisa mencapai produksi maksimal pada Maret 2016 mendatang atau mundur dari target SKK Migas sebelumnya yang bisa mencapai produksi maksimal pada Januari 2016 lalu.
Bahkan pada tahun lalu SKK Migas pernah menargetkan puncak produksi Lapangan Banyu Urip bisa tercapai pada September 2015 yang kemudian direvisi kembali menjadi akhir tahun 2015. Mundurnya produksi maksimal dari Lapangan Banyu Urip disebabkan oleh kerusuhan yang pernah terjadi di proyek Banyu Urip pada awal Agustus 2015 lalu.
Kerusuhan tersebut telah membuat jadwal onstream Banyu Urip mundur cukup lama hingga pertengahan Desember 2015. Produksi Lapangan Banyu Urip sendiri sangat penting bagi Indonesia. Lapangan Banyu Urip menjadi salah satu penyumbang produksi bagi lifting minyak Indonesia.
Saat ini sendiri SKK Migas mencatat rata-rata produksi minyak pada Februari mencapai 826.930 bph atau mencapai 99,8% dari work program and bugdet (WP&B) yang ditargetkan mencapai 830.000 bph pada tahun 2016. Elan bahkan menyebut dalam beberapa minggu terakhir produksi minyak sudah cukup tinggi hingga rata-rata mencapai 830.000 bph.
" Produksi Banyu Urip skearang sudah lebih dari 150.000 barel per hari," ujar Erwin Maryoto Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil pada Senin (22/2).
Dengan produksi yang mulai meningkat tersebut, Kepala SKK Migas Elan Biantoro menyebut kemungkinan besar produksi minyak dari Lapangan Banyu Urip bisa mencapai puncak produksi sekitar bulan Maret-April 2016 mendatang. Pemerintah sendiri menargetkan produksi maksimal pada Lapangan Banyu Urip bisa mencapai 165.000 bph.
Sebelumnya SKK Migas memproyeksi Lapangan Banyu Urip bisa mencapai produksi maksimal pada Maret 2016 mendatang atau mundur dari target SKK Migas sebelumnya yang bisa mencapai produksi maksimal pada Januari 2016 lalu.
Bahkan pada tahun lalu SKK Migas pernah menargetkan puncak produksi Lapangan Banyu Urip bisa tercapai pada September 2015 yang kemudian direvisi kembali menjadi akhir tahun 2015. Mundurnya produksi maksimal dari Lapangan Banyu Urip disebabkan oleh kerusuhan yang pernah terjadi di proyek Banyu Urip pada awal Agustus 2015 lalu.
Kerusuhan tersebut telah membuat jadwal onstream Banyu Urip mundur cukup lama hingga pertengahan Desember 2015. Produksi Lapangan Banyu Urip sendiri sangat penting bagi Indonesia. Lapangan Banyu Urip menjadi salah satu penyumbang produksi bagi lifting minyak Indonesia.
Saat ini sendiri SKK Migas mencatat rata-rata produksi minyak pada Februari mencapai 826.930 bph atau mencapai 99,8% dari work program and bugdet (WP&B) yang ditargetkan mencapai 830.000 bph pada tahun 2016. Elan bahkan menyebut dalam beberapa minggu terakhir produksi minyak sudah cukup tinggi hingga rata-rata mencapai 830.000 bph.
0 Response to "Produksi minyak Banyu Urip capai 150.000 bph"
Posting Komentar