Selasa, 23 Februari 2016 / 04:07 WIB
BEKASI.
PT Bakrie Pipe Industries tak bisa mengelak dari dampak penurunan harga
minyak dunia yang berkepanjangan. Cucu perusahaan PT Bakrie &
Brothers Tbk itu merevisi target pengiriman pipa baja pada tahun ini.
Semula Bakrie Pipe menargetkan pengiriman pipa baja sebanyak 180.000 ton. Target tersebut dipotong menjadi 147.000 ton pipa baja. Tak cuma target yang kena pangkas, Bakrie Pipe harus gigit jari lantaran kehilangan kontrak pengiriman pipa baja sebanyak 80.000 ton.
Klien mereka dari Amerika Serikat, membatalkan pesanan itu. Kondisi yang serba sulit membikin Bakrie Pipe putar strategi. Mulai tahun ini, perusahaan tersebut akan fokus pada penjualan domestik dengan target hingga 90% dari total penjualan.
Selain itu, Bakrie Pipe akan mengubah komposisi penjualan pipa baja minyak dan gas (migas) dan non migas. Komposisi tahun lalu; 65% pipa migas dan 35% pipa non migas.
"Tahun ini migas 35% dan non migas 65%," ujar Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, Direktur Utama PT Bakrie Pipe Industries, Senin (22/2).
Bakrie Pipe akan mengejar penjualan pipa baja non migas dari proyek BUMN maupun swasta. Untuk proyek swasta, mereka membidik pipa baja untuk pembangunan apartemen, hotel dan perkantoran.
Sementara untuk proyek BUMN, Bakrie Pipe membidik kebutuhan pipa dalam proyek infrastruktur. Salah satunya, proyek pembangunan sarana pengolahan air minum (SPAM).
Manajemen perusahaan ini menyatakan baru saja mengikuti tender pengadaan pipa baja baja untuk pembangunan SPAM di Sumatera Barat dan Bengkulu. Hingga Januari 2016, Bakrie Pipe mengantongi kontrak pengiriman pipa baja sebanyak 10.000 ton.
Komposisi kontrak tersebut; 80% adalah pipa baja non migas dan 20% pipa baja migas. Menunda belanja Lesu harga minyak dunia tak cuma berimbas pada kinerja Bakrie Pipe. Tahun ini, mereka urung mengalokasikan dana belanja modal.
Alih-alih menyediakan belanja modal untuk mendongkrak kapasitas produksi, Bakrie Pipe memilih mengoptimalkan produksi yang ada. "Seharusnya ada belanja modal untuk menambah kapasitas di salah satu lini produksi tapi melihat kondisi sekarang sepertinya tidak mungkin," terang Mas Wigrantoro.
Saat ini, Bakrie Pipe punya dua pabrik pipa baja di Bekasi, Jawa Barat dan Lampung. Kapasitas produksinya 200.000 ton dan 110.000 ton. Harga minyak dunia yang tak bergairah juga membikin Bakrie Pipe harus puas dengan klien bisnis yang ada.
Perusahaan tersebut memastikan tak akan menambah klien baru di sektor migas. Bakrie Pipe hanya akan melanjutkan proyek migas yang sudah di tangan.
Proyek-proyek tersebut seperti dari PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), proyek Jembatan Suramadu dan proyek dari perusahaan daerah air minum (PDAM) Provinsi Banten.
Semula Bakrie Pipe menargetkan pengiriman pipa baja sebanyak 180.000 ton. Target tersebut dipotong menjadi 147.000 ton pipa baja. Tak cuma target yang kena pangkas, Bakrie Pipe harus gigit jari lantaran kehilangan kontrak pengiriman pipa baja sebanyak 80.000 ton.
Klien mereka dari Amerika Serikat, membatalkan pesanan itu. Kondisi yang serba sulit membikin Bakrie Pipe putar strategi. Mulai tahun ini, perusahaan tersebut akan fokus pada penjualan domestik dengan target hingga 90% dari total penjualan.
Selain itu, Bakrie Pipe akan mengubah komposisi penjualan pipa baja minyak dan gas (migas) dan non migas. Komposisi tahun lalu; 65% pipa migas dan 35% pipa non migas.
"Tahun ini migas 35% dan non migas 65%," ujar Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, Direktur Utama PT Bakrie Pipe Industries, Senin (22/2).
Bakrie Pipe akan mengejar penjualan pipa baja non migas dari proyek BUMN maupun swasta. Untuk proyek swasta, mereka membidik pipa baja untuk pembangunan apartemen, hotel dan perkantoran.
Sementara untuk proyek BUMN, Bakrie Pipe membidik kebutuhan pipa dalam proyek infrastruktur. Salah satunya, proyek pembangunan sarana pengolahan air minum (SPAM).
Manajemen perusahaan ini menyatakan baru saja mengikuti tender pengadaan pipa baja baja untuk pembangunan SPAM di Sumatera Barat dan Bengkulu. Hingga Januari 2016, Bakrie Pipe mengantongi kontrak pengiriman pipa baja sebanyak 10.000 ton.
Komposisi kontrak tersebut; 80% adalah pipa baja non migas dan 20% pipa baja migas. Menunda belanja Lesu harga minyak dunia tak cuma berimbas pada kinerja Bakrie Pipe. Tahun ini, mereka urung mengalokasikan dana belanja modal.
Alih-alih menyediakan belanja modal untuk mendongkrak kapasitas produksi, Bakrie Pipe memilih mengoptimalkan produksi yang ada. "Seharusnya ada belanja modal untuk menambah kapasitas di salah satu lini produksi tapi melihat kondisi sekarang sepertinya tidak mungkin," terang Mas Wigrantoro.
Saat ini, Bakrie Pipe punya dua pabrik pipa baja di Bekasi, Jawa Barat dan Lampung. Kapasitas produksinya 200.000 ton dan 110.000 ton. Harga minyak dunia yang tak bergairah juga membikin Bakrie Pipe harus puas dengan klien bisnis yang ada.
Perusahaan tersebut memastikan tak akan menambah klien baru di sektor migas. Bakrie Pipe hanya akan melanjutkan proyek migas yang sudah di tangan.
Proyek-proyek tersebut seperti dari PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), proyek Jembatan Suramadu dan proyek dari perusahaan daerah air minum (PDAM) Provinsi Banten.
0 Response to "Pipa Bakrie berbelok ke air minum"
Posting Komentar