Selasa, 23 Februari 2016 | 09:31 WIB
LA PAZ, Hasil sementara penghitungan suara pada Senin (22/2/2016),
mengindikasikan Presiden Bolivia, Evo Morales menghadapi kekalahan dalam
referendum untuk memperpanjang masa jabatannya.
Morales, suku asli pertama yang menjadi presiden, berjanji akan menghormati apapun hasil referendum yang digelar pada Minggu (21/2/2016).
Morales menggelar referendum agar dia bisa mencalonkan diri untuk masa jabatan keempatnya. Jika menang dalam referendum, Morales berpeluang besar memperpanjang kekuasaannya hingga 19 tahun.
Meski menghadapi kekalahan, Morales bersikukuh peluangnya masih ada karena suara dari kawasan pedesaan dan luar negeri yang menjadi basis suaranya belum dihitung.
"Kami akan menghormati hasil (referendum), apakah itu mengatakan ya atau tidak. Kami akan menghormatinya, inilah demokrasi," ujar Morales.
"Kita akan menunggu dengan sabar peluit akhir dari penyelenggaran pemilihan. Kami masih optimistis," lanjut Morales.
Morales (56) ingin mencalonkan diri untuk masa jabatan lima tahun berikutnya ketika kekuasannya berakhir pada 2020.
Dia beralasan ingin melanjutkan program-program sosialisme untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat asli Bolivia.
Sebanyak 46 persen suara pemilih sudah dihitung dan 57 persen menyatakan "Tidak" dan 43 persen memilih "ya".
Sementara itu, peluang kekalahan Morales disambut gembira kelompok oposisi salah satunya adalah Samuel Doria Medina, yang dua kali kalah dalam pilpres.
"Kami sudah memulihkan demokrasi dan hak untuk memilih," ujar Dorina.
Namun, kondisi ini belum sepenuhnya menjadi kemenangan oposisi, kata pengamat politik Jorge Komadina.
"Kekuatan oposisi tersebar tak merata dan tidak memiliki pemimpin yang kuat. Oposisi adalah kelompok-kelompok dengan tujuan politik yang berbeda juga," ujar Komadina.
Sedangkan Morales mengaku siap menerima kekalahan jika rakyat menolak untuk memberinya satu kali lagi kesempatan.
"Dengan prestasi selama ini, saya bisa hidup bahagia dan pulang kampung. Saya ingin menjadi pelatih olahraga," ujar Morales kepada harian Spanyol, El Pais.
Morales, suku asli pertama yang menjadi presiden, berjanji akan menghormati apapun hasil referendum yang digelar pada Minggu (21/2/2016).
Morales menggelar referendum agar dia bisa mencalonkan diri untuk masa jabatan keempatnya. Jika menang dalam referendum, Morales berpeluang besar memperpanjang kekuasaannya hingga 19 tahun.
Meski menghadapi kekalahan, Morales bersikukuh peluangnya masih ada karena suara dari kawasan pedesaan dan luar negeri yang menjadi basis suaranya belum dihitung.
"Kami akan menghormati hasil (referendum), apakah itu mengatakan ya atau tidak. Kami akan menghormatinya, inilah demokrasi," ujar Morales.
"Kita akan menunggu dengan sabar peluit akhir dari penyelenggaran pemilihan. Kami masih optimistis," lanjut Morales.
Morales (56) ingin mencalonkan diri untuk masa jabatan lima tahun berikutnya ketika kekuasannya berakhir pada 2020.
Dia beralasan ingin melanjutkan program-program sosialisme untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat asli Bolivia.
Sebanyak 46 persen suara pemilih sudah dihitung dan 57 persen menyatakan "Tidak" dan 43 persen memilih "ya".
Sementara itu, peluang kekalahan Morales disambut gembira kelompok oposisi salah satunya adalah Samuel Doria Medina, yang dua kali kalah dalam pilpres.
"Kami sudah memulihkan demokrasi dan hak untuk memilih," ujar Dorina.
Namun, kondisi ini belum sepenuhnya menjadi kemenangan oposisi, kata pengamat politik Jorge Komadina.
"Kekuatan oposisi tersebar tak merata dan tidak memiliki pemimpin yang kuat. Oposisi adalah kelompok-kelompok dengan tujuan politik yang berbeda juga," ujar Komadina.
Sedangkan Morales mengaku siap menerima kekalahan jika rakyat menolak untuk memberinya satu kali lagi kesempatan.
"Dengan prestasi selama ini, saya bisa hidup bahagia dan pulang kampung. Saya ingin menjadi pelatih olahraga," ujar Morales kepada harian Spanyol, El Pais.
0 Response to "Presiden Evo Morales di Ambang Kekalahan Referendum Bolivia"
Posting Komentar