Sabtu, 13 Februari 2016 | 15:27 WIB
JAKARTA, Saat melakukan penertiban di Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara pada tahun 2002, Krishna Murti
yang kala itu menjabat sebagai Kapolsek Penjaringan sempat ditodong
pistol. Jika pelatuk ditarik, Krishna yakin dirinya pasti tewas.
Abdul Aziz atau akrab disapa Daeng Aziz, tokoh masyarakat di kawasan Kalijodo, mengaku pernah menodongkan pistol pada Krishna.
"Itu benar, bahwa saya menodongkan pistol. Tapi persoalannya, saya belum tahu itu Pak Krishna adalah Kapolsek Penjaringan," kata Aziz dalam wawancara dengan Kompas TV, Jumat (12/2/2016).
Menurut Aziz, Krishna saat itu tidak menggunakan seragam polisi.
"Dia (Krishna) belum kita kenal, tidak pakai seragam polisi," ucap Aziz memberikan alasannya.
Dalam kesempatan wawancara itu, Aziz juga membantah ada preman di Kalijodo.
"Saya bingung dengan dimaksud preman, di sini pengusaha semua," ujar Aziz. (Baca: Krishna Murti Pernah Ditodong Pistol oleh Preman Kalijodo)
Geger Kalijodo
Sebelumnya, kisah todongan pistol dituturkan Krishna dalam buku "Geger Kalijodo" yang ditulisnya. Krishna kini menjabat Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya. Dalam buku itu, orang yang menodongkan pistol bukan Aziz, tapi Bedul, pimpinan kelompok Bugis.
Abdul Aziz atau akrab disapa Daeng Aziz, tokoh masyarakat di kawasan Kalijodo, mengaku pernah menodongkan pistol pada Krishna.
"Itu benar, bahwa saya menodongkan pistol. Tapi persoalannya, saya belum tahu itu Pak Krishna adalah Kapolsek Penjaringan," kata Aziz dalam wawancara dengan Kompas TV, Jumat (12/2/2016).
Menurut Aziz, Krishna saat itu tidak menggunakan seragam polisi.
"Dia (Krishna) belum kita kenal, tidak pakai seragam polisi," ucap Aziz memberikan alasannya.
Dalam kesempatan wawancara itu, Aziz juga membantah ada preman di Kalijodo.
"Saya bingung dengan dimaksud preman, di sini pengusaha semua," ujar Aziz. (Baca: Krishna Murti Pernah Ditodong Pistol oleh Preman Kalijodo)
Geger Kalijodo
Sebelumnya, kisah todongan pistol dituturkan Krishna dalam buku "Geger Kalijodo" yang ditulisnya. Krishna kini menjabat Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya. Dalam buku itu, orang yang menodongkan pistol bukan Aziz, tapi Bedul, pimpinan kelompok Bugis.
Krishna bercerita dalam bukunya, peristiwa bermula saat terjadi
bentrok antara dua kelompok, Bugis dan Mandar, di kawasan tersebut pada
22 Januari 2002. Situasinya amat menegangkan.
Krishna datang besama pasukannya untuk meredam bentrokan. Ia mengejar seorang lelaki yang melepaskan tembakan. Belakangan diketahui ia adalah Bedul.
Krishna berseru meminta Bedul menyerahkan senjatanya. Bedul berbalik. Bukannya takut, ia malah menggertak Krishna. "Jangan ada yang mendekat. Teriak dia ke arah saya," cerita Krishna.
Krisnha menimbang, situasinya saat itu tidak menguntungkannya untuk melepaskan tembakan. (Baca: Krishna Murti: Kalijodo Jadi Semacam "ATM Nasional", karena Banyak yang Menikmati)
"Jika pelatuk itu ditarik, tamat juga riwayat saya. Kalaupun melawan dengan mencabut pistol, pasti ia lebih cepat menarik pelatuk," tutur Krishna.
Dalam situasi tersebut, pistol tidak lagi berguna. Ia menggunakan senjata lain: kata-kata. Ia merefleksikan, kata-kata yang ia ucapkan terbukti ampuh meredam amarah Bedul.
"Saya ini Kapolsek. Jika kamu tembak saya, saya mati tidak masalah karena sedang bertugas demi bangsa dan negara. Namun, kalau saya mati, Anda semua akan habis!" kata Krishna.
Krishna datang besama pasukannya untuk meredam bentrokan. Ia mengejar seorang lelaki yang melepaskan tembakan. Belakangan diketahui ia adalah Bedul.
Krishna berseru meminta Bedul menyerahkan senjatanya. Bedul berbalik. Bukannya takut, ia malah menggertak Krishna. "Jangan ada yang mendekat. Teriak dia ke arah saya," cerita Krishna.
Krisnha menimbang, situasinya saat itu tidak menguntungkannya untuk melepaskan tembakan. (Baca: Krishna Murti: Kalijodo Jadi Semacam "ATM Nasional", karena Banyak yang Menikmati)
"Jika pelatuk itu ditarik, tamat juga riwayat saya. Kalaupun melawan dengan mencabut pistol, pasti ia lebih cepat menarik pelatuk," tutur Krishna.
Dalam situasi tersebut, pistol tidak lagi berguna. Ia menggunakan senjata lain: kata-kata. Ia merefleksikan, kata-kata yang ia ucapkan terbukti ampuh meredam amarah Bedul.
"Saya ini Kapolsek. Jika kamu tembak saya, saya mati tidak masalah karena sedang bertugas demi bangsa dan negara. Namun, kalau saya mati, Anda semua akan habis!" kata Krishna.
0 Response to "Pengakuan Daeng Aziz Saat Todongkan Pistol ke Krishna Murti di Kalijodo"
Posting Komentar