Kalijodo berubah jadi lokasi prostitusi sejak akhir 1950-an.
Sabtu, 13 Februari 2016 | 07:33 WIB
Kawasan Hiburan Kalijodo
Bicara riwayat lokasi prostitusi Kalijodo, pengamat sejarah, JJ Rizal mengatakan, lokasi itu muncul akibat kebijakan pemerintah pada awal kemerdekaan, sekitar akhir 1950-an.
"Kalijodo itu proyek prostitusi yang sudah tua. Ini muncul setelah (kawasan Senen) masa Revolusi. Di masa ekonomi sulit pada zaman revolusi, orang perlu semacam pelepasan hasrat," kata Rizal dalam talk show dalam program tvOne, Sabtu 13 Februari 2016.
Dia mengatakan pada kurun waktu tersebut, pemerintah melarang munculnya karaoke dan rumah-rumah hiburan sejenisnya pada kawasan Senen. Karena ada pelarangan, maka akhirnya pelaku hiburan di lokasi tersebut akhirnya menyerobot kawasan Kalijodo.
Sejarawan kelahiran Jakarta itu mengatakan, ada metamorfosa atas nama Kalijodo. Rizal mengatakan pada awalnya aktivitas di Kalijodo sesuai dengan namanya, yaitu dipakai warga untuk nongkrong dan tempat mencari jodoh.
"Jadi seperti kalau sekarang ya tempat untuk hang out," kata dia.
Namun aktivitas itu berubah pada akhir 1950-an, menyusul penggusuran tempat hiburan di kawasan Senen. Maka, akhirnya banyak yang mencari tempat baru dan akhirnya sampai di Kalijodo.
"Tahun 1950-an akhir itu ada ekspansif, (Kalijodo) berubah pelan-pelan dari tempat nongkrong dan cari jodoh jadi tempat orang cari rezeki dengan jual diri, cari uang. Komunitas awal yang ada (nongkrong dan cari jodoh) kemudian ditinggal (hilang)" jelas dia.
Terkait dengan penertiban Kalijodo, Rizal meminta pemerintah DKi Jakarta untuk memperhatikan betul rekayasa sosial dan efek lainnya setelah penggusuran. Sebab jika tak diantisipasi dan dipersiapkan, bisa jadi setelah Kalijodo digusur maka warga yang berbisnis di kawasan itu mencari tempat baru.
"Seperti kasus Senen, di situ ditutup mereka menyebar dan mengakuisis Kalijodo," ujarnya.
"Kalijodo itu proyek prostitusi yang sudah tua. Ini muncul setelah (kawasan Senen) masa Revolusi. Di masa ekonomi sulit pada zaman revolusi, orang perlu semacam pelepasan hasrat," kata Rizal dalam talk show dalam program tvOne, Sabtu 13 Februari 2016.
Dia mengatakan pada kurun waktu tersebut, pemerintah melarang munculnya karaoke dan rumah-rumah hiburan sejenisnya pada kawasan Senen. Karena ada pelarangan, maka akhirnya pelaku hiburan di lokasi tersebut akhirnya menyerobot kawasan Kalijodo.
Sejarawan kelahiran Jakarta itu mengatakan, ada metamorfosa atas nama Kalijodo. Rizal mengatakan pada awalnya aktivitas di Kalijodo sesuai dengan namanya, yaitu dipakai warga untuk nongkrong dan tempat mencari jodoh.
"Jadi seperti kalau sekarang ya tempat untuk hang out," kata dia.
Namun aktivitas itu berubah pada akhir 1950-an, menyusul penggusuran tempat hiburan di kawasan Senen. Maka, akhirnya banyak yang mencari tempat baru dan akhirnya sampai di Kalijodo.
"Tahun 1950-an akhir itu ada ekspansif, (Kalijodo) berubah pelan-pelan dari tempat nongkrong dan cari jodoh jadi tempat orang cari rezeki dengan jual diri, cari uang. Komunitas awal yang ada (nongkrong dan cari jodoh) kemudian ditinggal (hilang)" jelas dia.
Terkait dengan penertiban Kalijodo, Rizal meminta pemerintah DKi Jakarta untuk memperhatikan betul rekayasa sosial dan efek lainnya setelah penggusuran. Sebab jika tak diantisipasi dan dipersiapkan, bisa jadi setelah Kalijodo digusur maka warga yang berbisnis di kawasan itu mencari tempat baru.
"Seperti kasus Senen, di situ ditutup mereka menyebar dan mengakuisis Kalijodo," ujarnya.
0 Response to "Riwayat Kalijodo, dari Tempat Nongkrong Jadi Prostitusi"
Posting Komentar