Seperti presiden-presiden AS, Presiden Soeharto menggunakan “telepon merah” untuk berkomunikasi dengan para pejabatnya.
SUATU malam menjelang pukul 23.00, mendadak “telepon merah,” sambungan hotline antara Presiden Soeharto dan Kopkamtib (Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban), Sudomo berdering keras. Karena biasanya yang telepon selalu ajudan presiden, Sudomo langsung berkata, “Ya, ajudan, apa perintah baru dari Presiden?”

Beberapa detik berlalu tak ada jawaban muncul. Lalu, dari ujung telepon terdengar suara berat, menjawab, “Ya, di sini Soeharto.”

Seketika Sudomo berdiri dan mengambil sikap sempurna.

“Karena rasa terkejutnya, dia malahan sampai tak bisa menyimak dengan cermat,” tulis Julius Pour dalam Laksamana Sudomo, Mengatasi Gelombang Kehidupan.

Emil Salim, mantan menteri lingkungan hidup, mengkonfirmasi mengenai “telepon merah” ketika Soeharto memerintahkan Try Sutrisno, panglima Kodam Sriwijaya, sebagai pemimpin Operasi Ganesha, yaitu menggiring ratusan gajah liar yang masuk ke permukiman transmigran di Air Sugihan, Musi Banyuasin, ke kawasan konservasi satwa di Lebong Hitam pada 25 Desember 1982.

“Melalui telepon merahnya, Soeharto memerintahkan agar jangan menembak gajah-gajah itu tapi menggiring kembali ke hutan,” kenang Emil.

Istilah telepon merah (red phone) muncul dari sistem komunikasi langsung antara pemimpin Amerika Serikat (AS) dengan Uni Soviet saat Krisis Misil Kuba. Jaringannya dibangun setelah penandatangan kesepakatan pada 20 Juni 1963.

Menurut Tom Clavin dalam “There Never Was Such a Thing as a Red Phone in the White House,” www.smithsonianmag.com (19 Juni 2013), jaringan komunikasi tersebut berupa rangkaian kawat telegraf pada kabel transatlantik sepanjang 10.000 mil dari Washington (Pentagon) ke London, Kopenhagen, Stockholm, Helsinki, dan akhirnya ke Moskow (Kremlin). Hotline tersebut mulai beroperasi pada 30 Agustus 1963. AS dan Uni Soviet bertukar perangkat sandi, sehingga AS bisa menerjemahkan pesan yang diterima ke dalam bahasa Inggris dan Soviet bisa menerjemahkan pesan ke dalam bahasa Rusia. Presiden AS, Lyndon Johnson kali pertama menggunakannya untuk berhubungan dengan Perdana Menteri Uni Soviet, Alexei Kosygin, pada 1967.