Sebagaimana dilansir Arabi21 dari Financial Times pada Sabtu (23/01), dalam misi khususnya, Jenderal Igor Serg membawa surat rahasia dari Presiden Rusia Vladimir Putin untuk Bashar Assad. Inti dari pesan itu adalah Kremlin sekutu terkuat diktator Suriah, meminta Assad untuk mundur dari jabatannya. Dengan marah Assad pun menolak permintaan tersebut.
Surat kabar Financial Times mengaku bahwa dua intelijen senior Barat telah memberikan rincian pesan dan misi Jenderal Igor tersebut. Akan tetapi Moskow membantah kabar tersebut. Dalam konferensi pers Jum’at kemarin di Kremlin, juru bicara Putin menyatakan bahwa kabar itu tidak benar. “Tidak, tidak seperti itu halnya,” tegasnya.
Artikel ini juga menjelaskan bahwa Rusia telah gagal mempertahankan kekuasaan Assad. Informasi dalam misi Serg tersebut telah memberi harapan kepada aliansi Barat. Karena intervensi militer Rusia di Suriah telah memberi kesempatan kepada Kremlin untuk memikirkan kembali tentang Assad.
Dalam surat kabar itu, Intelijen Senior Barat yang tidak disebut namanya mengatakan, “Putin telah melihat lebih dekat kepada internal pemerintahan Rezim. Ia pun menemukan banyak permasalahan yang akan dihadapinya.”
Dalam hal ini, Assad pun membalas pesan tersebut dengan ancaman. Assad mengatakan tidak ada lagi masa depan Rusia di Suriah tanpa kekuasannya.
Artikel ini juga menjelaskan bahwa kekuatan asing yang dihadirkan dalam perang Suriah merupakan strategi Assad. Diketahui, yang paling dominan dari kekuatan asing di sana adalah Iran. Rusia khawatir, selama berbulan-bulan dunia Internasional lebih dipengaruhi oleh Iran ketimbang Rusia di Suriah.
Sumber terdekat dengan Rezim Suriah juga menjelaskan kepada surat kabar bahwa keraguan Rusia terhadap Rezim Suriah terus meningkat.
Sumber: Arabi21
0 Response to "Hubungan Rusia-Suriah Dikabarkan Mulai Retak"
Posting Komentar