Rabu, 10 Februari 2016 / 21:59 WIB
JAKARTA. Upaya Bursa Efek Indonesia (BEI)
mendorong Anggota Bursa (AB) dengan Modal Kerja Bersih Disesuaikan
(MKBD) minim untuk merger tidak disambut baik meskipun otoritas bursa
berencana memberikan insentif dengan meningkatkan nilai buyback saham AB
yang hendak merger.
Susy Meilina, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) mengatakan, berdasarkan survey yang telah dilakukan hanya sedikit AB yang mau melakukan merger. Itu pun dengan syarat harga buyback saham jauh di atas harga yang ditawarkan BEI yakni sekitar Rp 7,5 miliar -Rp 10 Miliar. " Bahkan ada yang meminta harga sampai Rp 30 miliar," kata Susy Meilina, Rabu (10/2).
APEI menilai penggabungan AB saat ini sebetulnya tidak terlalu di perlukan. Kendala peningkatan transaksi menurut Susy adalah broker-broker yang ada saat ini tidak memiliki mananan yang cukup. Oleh karena itu, yang harus dilakukan adalah bagaimana meningkatkan jumlah investor.
Menurutnya, tidak masalah broker-broker banyak karena pasar Indonesia sangat besar. Permasalahan saat ini menurutnya adalah broker-broker tidak mempunyai makanan yang cukup. "Ini yang membuat belakangan terjadi perang tarif diantara broker. Daripada gak ada transaksi mereka pilih turunin tarif," jelasnya.
Dia mengatakan, percuma jika punya MKBD broker mencapai Rp 250 miliar namun tidak bisa dikuncurkan ke margin. Nantinya uang yang ada justru akan tidur di deposito.
Lagi pula, lanjut Susy, percuma broker bisa mentransaksikan semua saham. Pasalnya, tidak semua saham-saham yang listing di bursa aktif sehingga anggota bursa tidak akan berani melakukan transaksi di saham-saham tersebut.
Oleh karena itu, APEI berencan melakukan komunikasi dengan BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait hal tersebut. Susy melihat AB dengan MKBD besar belum tentu memiliki profit yang besar. "Menurut saya formula transaksi AB yang ada saat ini sudah mengcover semua resiko yang ada." katanya.
Susy Meilina, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) mengatakan, berdasarkan survey yang telah dilakukan hanya sedikit AB yang mau melakukan merger. Itu pun dengan syarat harga buyback saham jauh di atas harga yang ditawarkan BEI yakni sekitar Rp 7,5 miliar -Rp 10 Miliar. " Bahkan ada yang meminta harga sampai Rp 30 miliar," kata Susy Meilina, Rabu (10/2).
APEI menilai penggabungan AB saat ini sebetulnya tidak terlalu di perlukan. Kendala peningkatan transaksi menurut Susy adalah broker-broker yang ada saat ini tidak memiliki mananan yang cukup. Oleh karena itu, yang harus dilakukan adalah bagaimana meningkatkan jumlah investor.
Menurutnya, tidak masalah broker-broker banyak karena pasar Indonesia sangat besar. Permasalahan saat ini menurutnya adalah broker-broker tidak mempunyai makanan yang cukup. "Ini yang membuat belakangan terjadi perang tarif diantara broker. Daripada gak ada transaksi mereka pilih turunin tarif," jelasnya.
Dia mengatakan, percuma jika punya MKBD broker mencapai Rp 250 miliar namun tidak bisa dikuncurkan ke margin. Nantinya uang yang ada justru akan tidur di deposito.
Lagi pula, lanjut Susy, percuma broker bisa mentransaksikan semua saham. Pasalnya, tidak semua saham-saham yang listing di bursa aktif sehingga anggota bursa tidak akan berani melakukan transaksi di saham-saham tersebut.
Oleh karena itu, APEI berencan melakukan komunikasi dengan BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait hal tersebut. Susy melihat AB dengan MKBD besar belum tentu memiliki profit yang besar. "Menurut saya formula transaksi AB yang ada saat ini sudah mengcover semua resiko yang ada." katanya.
0 Response to "Anggota bursa bersedia merger, asal.."
Posting Komentar