Minggu, 21 Februari 2016 / 10:10 WIB
Kondisi
tanah dan cuaca di Desa Cengal, Kecamatan Japara, Kuningan yang cocok
ditanami pohon mangga membuat daerah ini menjadi salah satu penghasil
mangga di Jawa Barat. Warga setempat sudah sejak lama menanam mangga di
pekarangan rumah dan di lahan-lahan budidaya. Bahkan, pembudidayaan
mangga ini diturunkan kepada generasi selanjutnya.
Hasil panen mangga mereka jual ke para pengepul yang datang ke desa ini. Sehingga tak heran jika banyak truk-truk datang ke tempat ini untuk mengambil hasil panen yang akan disalurkan ke berbagai daerah, seperti Majalengka, Cirebon, Jatibarang, dan Jakarta bahkan ke kawasan Luar Pulau Jawa.
Sentra ini dikenal sebagai pusat budidaya dan penjualan mangga sejak tahun 2000-an. Namun, sejatinya, daerah ini memang sudah sejak dulu ditanami banyak pohon mangga.
Nurdin RK, pembudidaya mangga di desa ini, bilang, kualitas mangga yang dihasilkan selalu terjamin. Terbukti tidak pernah adanya komplain dari pembeli. Dia bilang, panen besar biasanya dilakukan pada bulan November.
Ada beberapa jenis mangga yang dibudidayakan oleh warga, seperti mangga jenis gedong gincu, arumanis, dan mangga indramayu. "Meski bentuknya kecil namun mangga dari daerah ini rasanya manis," kata Nurdin.
Jika sedang panen, ada sekitar enam hingga tujuh truk datang tiap hari untuk mengumpulkan mangga dari warga. Tidak jarang juga, pembudidaya menjual sendiri mangganya kepada konsumen secara langsung.
Wasim membudidayakan mangga sejak tahun 1990 di atas lahan seluas 5 hektare (ha). Dia menyatakan, agar pohon bisa produktif, para petani harus melakukan pola budidaya dan perawatan yang benar.
Wasim mengurusi sendiri proses pembudidayaan mangga. Saat ini dia sudah tinggal merawat pohon mangga yang sudah tumbuh besar. "Paling tinggal diberi pupuk, disiram dan rajin dipangkas daunnya," kata dia.
Dulu, orangtuanya memulai pembudidayaan lewat sistem tempel atau okulasi. Wadah bibit mangga diberi pupuk kandang dan tanah subur. Untuk tanaman mangga yang terlambat berbunga dan membentuk buah di awal musim hujan, biasanya jarang berbuah lebat ketika musim panen. Sebab air hujan kerap merontokkan bunga, termasuk bakal buah yang masih belum kuat.
Itu sebabnya Nurdin yang membudidayakan mangga sejak tahun 1985 ini mengaku penjualan selama musim hujan terus turun. Nurdin yang memiliki 30 pohon mangga ini bilang, pohon-pohon miliknya tidak banyak menghasilkan buah. Untuk memenuhi permintaan, dia akhirnya membeli mangga dari pembudidaya lain.
Ketika musim kering, dia bisa menjual mangga hingga 5 ton. Namun, ketika musim hujan dan sedang tidak dalam masa panen, penjualan hanya sekitar 1 ton.
Tapi, ketika musim kering pun, para pembudidaya yang juga pedagang mangga pun bisa mengalami penurunan omzet. Kesulitan air serta hama putih yang menempel pada buah menurunkan jumlah hasil panen.
(Bersambung)
Hasil panen mangga mereka jual ke para pengepul yang datang ke desa ini. Sehingga tak heran jika banyak truk-truk datang ke tempat ini untuk mengambil hasil panen yang akan disalurkan ke berbagai daerah, seperti Majalengka, Cirebon, Jatibarang, dan Jakarta bahkan ke kawasan Luar Pulau Jawa.
Sentra ini dikenal sebagai pusat budidaya dan penjualan mangga sejak tahun 2000-an. Namun, sejatinya, daerah ini memang sudah sejak dulu ditanami banyak pohon mangga.
Nurdin RK, pembudidaya mangga di desa ini, bilang, kualitas mangga yang dihasilkan selalu terjamin. Terbukti tidak pernah adanya komplain dari pembeli. Dia bilang, panen besar biasanya dilakukan pada bulan November.
Ada beberapa jenis mangga yang dibudidayakan oleh warga, seperti mangga jenis gedong gincu, arumanis, dan mangga indramayu. "Meski bentuknya kecil namun mangga dari daerah ini rasanya manis," kata Nurdin.
Jika sedang panen, ada sekitar enam hingga tujuh truk datang tiap hari untuk mengumpulkan mangga dari warga. Tidak jarang juga, pembudidaya menjual sendiri mangganya kepada konsumen secara langsung.
Wasim membudidayakan mangga sejak tahun 1990 di atas lahan seluas 5 hektare (ha). Dia menyatakan, agar pohon bisa produktif, para petani harus melakukan pola budidaya dan perawatan yang benar.
Wasim mengurusi sendiri proses pembudidayaan mangga. Saat ini dia sudah tinggal merawat pohon mangga yang sudah tumbuh besar. "Paling tinggal diberi pupuk, disiram dan rajin dipangkas daunnya," kata dia.
Dulu, orangtuanya memulai pembudidayaan lewat sistem tempel atau okulasi. Wadah bibit mangga diberi pupuk kandang dan tanah subur. Untuk tanaman mangga yang terlambat berbunga dan membentuk buah di awal musim hujan, biasanya jarang berbuah lebat ketika musim panen. Sebab air hujan kerap merontokkan bunga, termasuk bakal buah yang masih belum kuat.
Itu sebabnya Nurdin yang membudidayakan mangga sejak tahun 1985 ini mengaku penjualan selama musim hujan terus turun. Nurdin yang memiliki 30 pohon mangga ini bilang, pohon-pohon miliknya tidak banyak menghasilkan buah. Untuk memenuhi permintaan, dia akhirnya membeli mangga dari pembudidaya lain.
Ketika musim kering, dia bisa menjual mangga hingga 5 ton. Namun, ketika musim hujan dan sedang tidak dalam masa panen, penjualan hanya sekitar 1 ton.
Tapi, ketika musim kering pun, para pembudidaya yang juga pedagang mangga pun bisa mengalami penurunan omzet. Kesulitan air serta hama putih yang menempel pada buah menurunkan jumlah hasil panen.
(Bersambung)
0 Response to "Panen Raya Setiap Bulan November (2)"
Posting Komentar