Puing-puing kota Aleppo, ibu kota Provinsi Aleppo, Suriah utara, yang sebelum perang saudara merupakan kota besar kedua setelah Damaskus, ibu kota negara itu.
Angka kekerasan global telah mencapai rekor tertinggi sejak 25 tahun terakhir.
Penyebabnya tidak lain adalah berbagai konflik yang mendera kawasan
Timur Tengah. Tanpanya, dunia menjadi lebih damai, seperti dilaporkan Deutche Welle.
Dunia kian tenggelam dalam gelombang kekerasan dan mencatat angka kematian tertinggi sejak 25 tahun terakhir.
Menurut Indeks Perdamaian Dunia (GPI), saat ini ada lebih banyak penduduk yang terusir dan mengungsi sejak Perang Dunia II.
Indeks tahunan itu mencatat 23 indikator, termasuk kriminalitas, militerisasi, dan perdagangan senjata.
Terutama berbagai konflik di Timur Tengah bertanggungjawab atas memburuknya situasi umum perdamaian dunia.
GPI mencatat, negara-negara di luar Timur Tengah sebenarnya menjadi lebih damai.
"Seringkali kita luput melihat tren positif, terutama di tengah neraka yang sedang menimpa Timur Tengah saat ini," tutur Steve Kilelea, Pendiri Insitut Ekonomi dan Perdamaian (IEP) yang merilis indeks tersebut.
Peta perdamaian dunia versi Global Peace Index (GPI) 2016
"Jika kita mengabaikan situasi di Timur Tengah, dunia sebenarnya lebih damai," ujarnya.
Lebih dari 100.000 orang terbunuh dalam berbagai konflik selama 2014. Hampir 67.000 diantaranya berasal dari Suriah.
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengklaim jumlah pengungsi tahun ini akan "jauh melebihi" rekor sebesar 60 juta orang yang tercatat selama tahun lalu.
Menurut indeks tersebut, serangan teror paling banyak terjadi di lima negara, Suriah, Irak, Nigeria, Afganistan, dan Pakistan.
Sementara kerugian ekonomi yang disebabkan berbagai konflik selama satu dekade terakhir mencapai 137 triliun Dollar AS, lebih besar ketimbang Produk Domestik Brutto global tahun 2015.
Ironisnya dana untuk "upaya perdamaian masih lebih kecil ketimbang dampak konflik, yakni cuma dua persen dari total nilai kerugian global akibat pertikaian bersenjata," ujar Killelea.
Saat ini PBB menurunkan 120.000 sukarelawan dalam 16 operasi perdamaian di seluruh dunia.
Dunia kian tenggelam dalam gelombang kekerasan dan mencatat angka kematian tertinggi sejak 25 tahun terakhir.
Menurut Indeks Perdamaian Dunia (GPI), saat ini ada lebih banyak penduduk yang terusir dan mengungsi sejak Perang Dunia II.
Indeks tahunan itu mencatat 23 indikator, termasuk kriminalitas, militerisasi, dan perdagangan senjata.
Terutama berbagai konflik di Timur Tengah bertanggungjawab atas memburuknya situasi umum perdamaian dunia.
GPI mencatat, negara-negara di luar Timur Tengah sebenarnya menjadi lebih damai.
"Seringkali kita luput melihat tren positif, terutama di tengah neraka yang sedang menimpa Timur Tengah saat ini," tutur Steve Kilelea, Pendiri Insitut Ekonomi dan Perdamaian (IEP) yang merilis indeks tersebut.
"Jika kita mengabaikan situasi di Timur Tengah, dunia sebenarnya lebih damai," ujarnya.
Lebih dari 100.000 orang terbunuh dalam berbagai konflik selama 2014. Hampir 67.000 diantaranya berasal dari Suriah.
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengklaim jumlah pengungsi tahun ini akan "jauh melebihi" rekor sebesar 60 juta orang yang tercatat selama tahun lalu.
Menurut indeks tersebut, serangan teror paling banyak terjadi di lima negara, Suriah, Irak, Nigeria, Afganistan, dan Pakistan.
Sementara kerugian ekonomi yang disebabkan berbagai konflik selama satu dekade terakhir mencapai 137 triliun Dollar AS, lebih besar ketimbang Produk Domestik Brutto global tahun 2015.
Ironisnya dana untuk "upaya perdamaian masih lebih kecil ketimbang dampak konflik, yakni cuma dua persen dari total nilai kerugian global akibat pertikaian bersenjata," ujar Killelea.
Saat ini PBB menurunkan 120.000 sukarelawan dalam 16 operasi perdamaian di seluruh dunia.
0 Response to "Dunia Lebih Damai Tanpa Timur Tengah"
Posting Komentar