Saya mencatat. Ada 3 peristiwa besar yang ujug-ujug berlangsung dengan cepat.
1. Perintah penarikan pasukan inti Rusia dari Syiria. Padahal. Seminggu sebelumnya. Rusia telah menyiapkan tentara yang dibaptis langsung pimpinan gereja Ortodox Rusia yang mendoktrin perang di Syiria sebagai perang suci.
2. Undangan menteri Intelejen Perang Mesir kepada HAMAS yang diwakili DR. Abu Marzouq dan rombongan HAMAS dari Gaza. Padahal, seminggu sebelumnya, Menteri Kehakiman Mesir baru mengaitkan pembunuhan Barakat, Jaksa Agung yang terbunuh 6 bulan lalu.
3. Upaya kudeta di Turki yang kembali gagal. Kudeta dimulai dengan pembunuhan seorang pemuda aktivis AKP yang tengah melakukan baksos dengan membagikam daging. Ia ditangkap. Dicincang. Dijatuhkan dari lantai 3. Kemudian digilas truk. Plus aksi bom pusat Kota Ankara sebanyak 3 kali dalam waktu bersamaan.
Poin 1. Mundurnya Rusia disebabkan kemampuan tempur mujahidin anti Assad semakin meningkat. Terutama setelah mendapatkan suplai senjata rudal anti pesawat. Dua hari sebelumnya. Pesawat MIG Assad ditembak jatuh. Hal yang membuat Rusia ketar-ketir. Rusia bisa mengulang kegagalan tragis seperti di Afghanistan.
Lalu siapa yang memasok suplai senjata canggih ke Mujahidin anti Assad. Ia adalah intelejen Turki. Walau sempat menimbulkan intrik di dalam negeri Turki. Sebab aktivitas intelejen yang super rahasia, ada yang membocorkam hingga 2 wartawan harian Zaman yang dikenal kontra Erdogan memotret aktivitas intelejen di perbatasan.
Poin 2. Semakin membuktikan keberhasilan lobi 3 negara: Saudi-Qatar-Turki terhadap rezim kolaps AsSisi. Saudi dan Qatar membiarkan kursi Sekjen Liga Arab kembali dipegang orang Mesir, mantan Menlu era Mubarak Abul Ghait yang dikenal merestui serangan Israel ke Gaza tahun 2008.
Nampaknya sebagai konpensasi. AsSisi harus membuka diri dengan HAMAS, membuka perbatasan Refah, dan tidak menjadikan HAMAS sebagai organisasi teroris. Malah, menurut rumor. Ke depan tengah disiapkan calon pengganti AsSisi. Kita lihat nanti.
Poin 3. Setiap ledakan dan aksi teror di Turki terjadi saat Erdogan atau Daud Oglu (PM), hendak melakulan MoU gas dengan negara kawasan, sebagai pengganti gas dari Rusia yang terhenti. Hari Selasa kemarin, Erdogan dijadwalkan ke Turkmenistan dan Oglu ke kawasan Ajerbaijan. Target keduanya membuat kesepakatan energi dan jalur ekspor ke UE. Jubir kepresidenan Turki menegaskan, "Era pendiktean kehendak terhadap Turki telah berakhir."
Tiga kondisi yang selalu membuat kita optimis. Islam dan umatnya tidak mengenal kata pesimis. Karena Islamlah yang akan membuat ending hidup manusia pejuang berujung manis. Wallahu A'lam.
(By: Nandang Burhanudin)
0 Response to " Kejutan Timur Tengah"
Posting Komentar