Jumat, 12 Februari 2016 / 11:04 WIB
JAKARTA. Asian Development Bank (ADB)
menawarkan pinjaman hingga US$ 10 miiar untuk proyek pembangunan
nasional hingga 2019 mendatang. Sehingga, rata-rata utang luar negeri
yang bisa dimanfaatkan Indonesia sekitar US$ 2 miliar saban tahun.
Presiden ADB Takehiko Nakao mengatakan, selama kurun waktu 2010 hingga 2014 lalu jumlah utang yang dicairkan ke Indonesia sekitar US$ 740 juta per tahun. "Kami akan meningkatkan peminjaman menjadi US$ 10 miliar pada lima tahun," kata dia dalam konferensi pers usai diterima Presiden Joko Widodo, Jumat (12/2).
Pada 2015 lalu, jumlah pinjaman ADB yang dicairkan ke Indonesia mencapai US$ 1,67 juta. Salah satu proyeknya, sekitar US$ 600 juta dialokasikan untuk proyek pembangunan jaringan transmisi dan distribusi di wilayah Sumatera.
Menurut Takehiko, untuk tahun 2016 ini, ADB akan menawarkan pinjaman untuk proyek di bidang pendidikan, pengelolaan keuangan publik, energi bersih, infrastruktur di pedesaan, serta proyek pengendalian banjir.
"Peningkatan pendanaan ADB untuk Indonesia akan mendukung prioritas pembangunan pemerintah terutama untuk infrastruktur fisik dan sosial," ujar dia.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Sofyan Djalil menambahkan, pemerintah menyambut positif tawaran peningkatan pinjaman dari ADB. "Kebutuhan infrasruktur kita terlalu banyak, dan sekarang pemerintah juga dapat dana murah seperti ADB ini," ujar dia.
Namun, Sofyan belum merinci detail proyek-proyek yang akan disodorkan pemerintah ke ADB untuk mendapatkan utang tersebut di tahun ini. Sebab, pemerintah masih perlu mencocokkan proyek yang ada dengan skema yang berlaku di lembaga multilateral tersebut.
Menurut dia, skema yang ditawarkan lembaga multilateral tersebut yakni result based lending atawa pencairan pinjaman setelah proyek diselesaikan. "Dari Blue Book, total kebutuhan proyek pemerintah mencapai sekitar US$ 39,9 miliar," kata Sofyan.
Presiden ADB Takehiko Nakao mengatakan, selama kurun waktu 2010 hingga 2014 lalu jumlah utang yang dicairkan ke Indonesia sekitar US$ 740 juta per tahun. "Kami akan meningkatkan peminjaman menjadi US$ 10 miliar pada lima tahun," kata dia dalam konferensi pers usai diterima Presiden Joko Widodo, Jumat (12/2).
Pada 2015 lalu, jumlah pinjaman ADB yang dicairkan ke Indonesia mencapai US$ 1,67 juta. Salah satu proyeknya, sekitar US$ 600 juta dialokasikan untuk proyek pembangunan jaringan transmisi dan distribusi di wilayah Sumatera.
Menurut Takehiko, untuk tahun 2016 ini, ADB akan menawarkan pinjaman untuk proyek di bidang pendidikan, pengelolaan keuangan publik, energi bersih, infrastruktur di pedesaan, serta proyek pengendalian banjir.
"Peningkatan pendanaan ADB untuk Indonesia akan mendukung prioritas pembangunan pemerintah terutama untuk infrastruktur fisik dan sosial," ujar dia.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Sofyan Djalil menambahkan, pemerintah menyambut positif tawaran peningkatan pinjaman dari ADB. "Kebutuhan infrasruktur kita terlalu banyak, dan sekarang pemerintah juga dapat dana murah seperti ADB ini," ujar dia.
Namun, Sofyan belum merinci detail proyek-proyek yang akan disodorkan pemerintah ke ADB untuk mendapatkan utang tersebut di tahun ini. Sebab, pemerintah masih perlu mencocokkan proyek yang ada dengan skema yang berlaku di lembaga multilateral tersebut.
Menurut dia, skema yang ditawarkan lembaga multilateral tersebut yakni result based lending atawa pencairan pinjaman setelah proyek diselesaikan. "Dari Blue Book, total kebutuhan proyek pemerintah mencapai sekitar US$ 39,9 miliar," kata Sofyan.
0 Response to "Hingga 2019, ADB tawarkan pinjaman US$ 10 miliar"
Posting Komentar