Senin, 15 Februari 2016 | 07:31 WIB
Situasi di pintu pelintasan Tubagus Angke, tempat lokasi tertabraknya
Metro Mini dan KRL di Tambora, Jakarta Barat kini sudah mulai normal.
Senin (7/12/2015)
JAKARTA, Cerita mengenai penimpukan batu terhadap KRL bukan merupakan hal yang baru.
Manajer Komunikasi PT KAI Commuter Jakarta, Eva Choirunissa mengatakan, dalam satu bulan, setidaknya ada 4 kasus peristiwa penimpukan terhadap KRL yang sedang melintas.
"Wilayah kami ini cukup terbuka dan berdekatan dengan perumahan dan berbagai sekolah, sehingga sering terjadi penimpukan KRL," ujar Eva di Stasiun Jakarta Kota, Minggu (14/2/2016).
Eva mengatakan, hal ini sangat berbahaya karena bisa mengenai masinis dan penumpang. Dalam beberapa kasus, penimpukan itu pernah menyebabkan salah seorang penumpang menjadi buta.
Selain itu, penimpukan bisa membuat kereta rusak dan berhenti beroperasi sementara.
"Akhirnya jumlah perjalanan kereta berkurang karena ada kereta yang masuk DIPO untuk diperbaiki," ujar Eva.
Pelaku penimpukan tidak pernah orang dewasa
Sebenarnya, siapa pelaku penimpukan KRL sebenarnya?
Eva mengatakan setelah ditelusuri, penimpukan itu tidak pernah dilakukan oleh orang dewasa. Pelakunya justru anak-anak sekolah dasar yang sekolahnya berdekatan dengan perlintasan kereta.
"Semuanya sekitar kelas 3 SD sampai 6 SD," ujar Eva.
Alasan anak-anak menimpuk itu pun tidak pernah negatif. Maksudnya, anak-anak tidak pernah menimpuk untuk sengaja membuat perjalanan kereta menjadi terhambat.
"Selama ini belum pernah ada yang memang sengaja merusak perjalanan kereta. Anak-anak ini mayoritas melakukan hal itu hanya iseng-iseng saja. Mereka pulang sekolah, lewat samping rel, ada kereta lalu ditimpuk," ujar Eva.
Solusi
Eva mengatakan, hal ini tidak mungkin dibiarkan begitu saja tanpa solusi. PT KCJ sudah memikirkan cara-cara agar penimpukan kereta tidak lagi terjadi.
Caranya, PT KCJ melakukan sosialisasi kepada sekolah-sekolah yang dekat dengan perlintasan kereta.
"Kalau dalam waktu dekat ini, sekolah yang akan disosialisasi adalah yang berada di dekat lintas Parung Panjang," ujar Eva.
Kemarin, PT KCJ mengambil uang Rp 100 di setiap transaksi yang menggunakan kartu multitrip. Uang tersebut akan dibelikan perlengkapan sekolah dan didonasikan ke anak sekolah yang kurang mampu.
Eva mengatakan, pemberian donasi itu akan dilakukan bersamaan dengan sosialisasi di sekolah-sekolah yang muridnya sering melakukan penimpukan.
"Kita edukasi siswanya sekaligus kita beri bantuan ke siswa yang kurang mampu di sana," ujar Eva.
Manajer Komunikasi PT KAI Commuter Jakarta, Eva Choirunissa mengatakan, dalam satu bulan, setidaknya ada 4 kasus peristiwa penimpukan terhadap KRL yang sedang melintas.
"Wilayah kami ini cukup terbuka dan berdekatan dengan perumahan dan berbagai sekolah, sehingga sering terjadi penimpukan KRL," ujar Eva di Stasiun Jakarta Kota, Minggu (14/2/2016).
Eva mengatakan, hal ini sangat berbahaya karena bisa mengenai masinis dan penumpang. Dalam beberapa kasus, penimpukan itu pernah menyebabkan salah seorang penumpang menjadi buta.
Selain itu, penimpukan bisa membuat kereta rusak dan berhenti beroperasi sementara.
"Akhirnya jumlah perjalanan kereta berkurang karena ada kereta yang masuk DIPO untuk diperbaiki," ujar Eva.
Pelaku penimpukan tidak pernah orang dewasa
Sebenarnya, siapa pelaku penimpukan KRL sebenarnya?
Eva mengatakan setelah ditelusuri, penimpukan itu tidak pernah dilakukan oleh orang dewasa. Pelakunya justru anak-anak sekolah dasar yang sekolahnya berdekatan dengan perlintasan kereta.
"Semuanya sekitar kelas 3 SD sampai 6 SD," ujar Eva.
Alasan anak-anak menimpuk itu pun tidak pernah negatif. Maksudnya, anak-anak tidak pernah menimpuk untuk sengaja membuat perjalanan kereta menjadi terhambat.
"Selama ini belum pernah ada yang memang sengaja merusak perjalanan kereta. Anak-anak ini mayoritas melakukan hal itu hanya iseng-iseng saja. Mereka pulang sekolah, lewat samping rel, ada kereta lalu ditimpuk," ujar Eva.
Solusi
Eva mengatakan, hal ini tidak mungkin dibiarkan begitu saja tanpa solusi. PT KCJ sudah memikirkan cara-cara agar penimpukan kereta tidak lagi terjadi.
Caranya, PT KCJ melakukan sosialisasi kepada sekolah-sekolah yang dekat dengan perlintasan kereta.
"Kalau dalam waktu dekat ini, sekolah yang akan disosialisasi adalah yang berada di dekat lintas Parung Panjang," ujar Eva.
Kemarin, PT KCJ mengambil uang Rp 100 di setiap transaksi yang menggunakan kartu multitrip. Uang tersebut akan dibelikan perlengkapan sekolah dan didonasikan ke anak sekolah yang kurang mampu.
Eva mengatakan, pemberian donasi itu akan dilakukan bersamaan dengan sosialisasi di sekolah-sekolah yang muridnya sering melakukan penimpukan.
"Kita edukasi siswanya sekaligus kita beri bantuan ke siswa yang kurang mampu di sana," ujar Eva.
0 Response to "Ternyata, Merekalah Pelaku yang Sering Menimpuki KRL dengan Batu"
Posting Komentar