Minggu, 14 Februari 2016 / 14:37 WIB
JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) akan
mengumumkan kinerja ekspor impor Indonesia, Senin (15/2) besok. Sejumlah
ekonom yang dihubungi KONTAN memproyeksi, neraca perdagangan Indonesia
pada Januari 2016 akan mengalami defisit.
Ekonom Kenta Institute Eric Sugandi memperkirakan, kinerja impor bulan lalu sebesar US$ 12,2 miliar atau turun 3,5% year on year (YoY) dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu, ekspor bulan lalu diperkirakan sebesar US$ 11,7 miliar atau turun 12% YoY.
Menurut Eric, meski masih mengalami penurunan pada impor, kinerja impor mulai membaik karena penurunannya lebih rendah dibanding penurunan pada Januari 2015. Pada Januari tahun lalu, impor tercatat US$ 12,6 miliar atau turun 15,6% YoY.
"Impor mulai tumbuh dibandingkan bulan sebelumnya sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan aktivitas ekonomi," kata Eric kepada KONTAN, Minggu (14/2). Pada Desember 2015, nilai impor tercatat sebesar US$ 12,12 miliar.
Dari sisi ekspor, penurunan sebesar 12% (YoY) yang diproyeksi Eric, lebih besar dibanding penurunan ekspor pada Januari 2015 yang sebesar 8,09% YoY. Menurut Eric, kinerja ekspor masih tertekan oleh tertekannya harga minyak mentah dunia yang berimbas pada tertekannya sejumlah harga komoditas energi.
Oleh karena penurunan ekspor yang lebih dalam dibanding impor tersebut, Eric memproyeksi neraca perdagangan Indonesia Januari 2016 akan mengalami defisit sebesar US$ 500 juta. Berbeda dengan Januari 2015 yang mencatat surplus US$ 710 juta.
Ekonom Bank Pembangunan Singapura atau Development Bank of Singapore (DBS) Gundy Cahyadi juga memproyeksi, neraca perdagangan Januari 2016 bakal mencatat defisit sebesar US$ 600 juta. Hal tersebut karena ekspor yang menurun lebih dalam sebesat 15,4% YoY dibandingkan penurunan impor yang sebesar 6,2% YoY.
Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih juga mengatakan, neraca perdagangan awal tahun ini berpotensi defisit mengingat harga minyak dan harga komoditas yang masih turun. Di sisi lain, Lana melihat adanya kenaikan impor, terutama impor migas lantaran harganya yang rendah.
Tak hanya itu, Lana melihat bahwa impor bahan baku bulan lalu mengalami sedikit kenaikan. Namun, impor pada barang modal masih mengalami penurunan.
Ekonom Kenta Institute Eric Sugandi memperkirakan, kinerja impor bulan lalu sebesar US$ 12,2 miliar atau turun 3,5% year on year (YoY) dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu, ekspor bulan lalu diperkirakan sebesar US$ 11,7 miliar atau turun 12% YoY.
Menurut Eric, meski masih mengalami penurunan pada impor, kinerja impor mulai membaik karena penurunannya lebih rendah dibanding penurunan pada Januari 2015. Pada Januari tahun lalu, impor tercatat US$ 12,6 miliar atau turun 15,6% YoY.
"Impor mulai tumbuh dibandingkan bulan sebelumnya sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan aktivitas ekonomi," kata Eric kepada KONTAN, Minggu (14/2). Pada Desember 2015, nilai impor tercatat sebesar US$ 12,12 miliar.
Dari sisi ekspor, penurunan sebesar 12% (YoY) yang diproyeksi Eric, lebih besar dibanding penurunan ekspor pada Januari 2015 yang sebesar 8,09% YoY. Menurut Eric, kinerja ekspor masih tertekan oleh tertekannya harga minyak mentah dunia yang berimbas pada tertekannya sejumlah harga komoditas energi.
Oleh karena penurunan ekspor yang lebih dalam dibanding impor tersebut, Eric memproyeksi neraca perdagangan Indonesia Januari 2016 akan mengalami defisit sebesar US$ 500 juta. Berbeda dengan Januari 2015 yang mencatat surplus US$ 710 juta.
Ekonom Bank Pembangunan Singapura atau Development Bank of Singapore (DBS) Gundy Cahyadi juga memproyeksi, neraca perdagangan Januari 2016 bakal mencatat defisit sebesar US$ 600 juta. Hal tersebut karena ekspor yang menurun lebih dalam sebesat 15,4% YoY dibandingkan penurunan impor yang sebesar 6,2% YoY.
Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih juga mengatakan, neraca perdagangan awal tahun ini berpotensi defisit mengingat harga minyak dan harga komoditas yang masih turun. Di sisi lain, Lana melihat adanya kenaikan impor, terutama impor migas lantaran harganya yang rendah.
Tak hanya itu, Lana melihat bahwa impor bahan baku bulan lalu mengalami sedikit kenaikan. Namun, impor pada barang modal masih mengalami penurunan.
0 Response to "Neraca perdagangan Januari 2016 diproyeksi defisit"
Posting Komentar